Kemarin kita telah
membahas sebuah topik yang menarik yakni mengenai, "Peranan Penataan Ruang dalam Meminimalisir
Bencana Banjir dan Tanah Longsor”. Dalam topik tersebut kita sempat membahas
musibah banjir yang melanda sejumlah kawasan di wilayah kota maupun kabupaten
Jayapura, dimana banjir terjadi akibat limpasan permukaan yang besar. Limpasan permukaan
dengan jumlah dan kecepatan yang besar sering menyebapkan pemindahan atau
pengangkutan massa tanah secara besar-besaran pula. Contohnya banjir yang melanda Kota Jayapura beberapa hari lalu, dimana muatan material
(lumpur, kerikil, silt, lanau) yang di bawa banjir tumpah ruah dan menumpuk
diatas jembatan Entrop dan menyebapkan kemacetan panjang mulai dari Entrop
sampai Kotaraja.
Apa itu limpasan permukaan
atau yang sering disebut dengan run off
? Limpasan permukaan merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas
permukaan tanah. Jumlah air yang menjadi limpasan ini sangat bergantung kepada
jumlah air hujan per satuan waktu (intensitas), keadaan penutupan tanah,
topografi (terutama kemiringan lereng), jenis tanah, dan ada atau tidaknya
hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air tanah sebelum terjadinya hujan).
Pada waktu terjadinya,
butir-butir air hujan dengan gaya kinetiknya menimpa tanah (terutama
tanah-tanah gundul) dan memecahkan bongkah-bongkah tanah atau agregat-agregat
tanah menjadi partikel-partikel yang kecil. Partikel-partikel tersebut
mengikuti infiltrasi lalu menyumbat pori tanah. Akibatnya apabila hujan semakin
lebat atau berlangsung lebih lama maka akan terbentuklah limpasan permukaan
dengan jumlah dan kecepatan tertentu.
Nah, bagaimana cara
mengurangi jumlah limpasan permukaan agar musibah banjir tidak terjadi atau
setidaknya mengurangi debit banjir ? Cara sederhana adalah dengan
melakukan penanaman tumbuhan-tumbuhan atau bahasa populernya ‘reboisasi’ di
daerah tangkapan air. Berdasarkan penelitian secara ilmiah dan nalar masyarakat
awam sejak turun-temurun, dipercaya tumbuhan-tumbuhan dapat mengurangi jumlah
limpasan permukaan.
Pertanyaan selanjutnya, bagaimana
cara tumbuh-tumbuhan mengurangi jumlah limpasan permukaan ? Tumbuhan-tumbuhan
yang sangat lebat, baik yang tumbuh secara alami di suatu kawasan hutan ataupun tumbuh-tumbuhan
yang sengaja ditanam oleh manusia (ekosistem buatan) dapat berguna untuk
mengurangi jumlah limpasan permukaan. Hujan yang turun akan ditahan dan
dihambat pergerakannya oleh daun-daunan dan ranting tumbuhan-tumbuhan sebelum
jatuh dan menimpa tanah. Hujan yang bergerak turun dari langit itu memiliki energi
(energi kinetik), setelah dihambat oleh daun-daunan dan ranting-ranting energi
tumbukan titik-titik hujan akan berkurang, sehingga kekuatannya akan melemah
dan tidak dapat memecahkan bongkah-bongkah tanah menjadi partikel-partikel yang
lebih kecil. Ketika sampai ke permukaan tanah air hujan kebanyakan akan
mengalir ke bawah mengikuti batang-batang pohon, sebagian air lagi akan
berinfiltrasi ke dalam tanah karena dihisap oleh akar-akar tanaman, nanti
sebagian air ini digunakan tumbuhan untuk pertumbuhannya dan sisanya diuapkan
kembali (transpirasi). Sebagian air lagi akan diambil humus (diabsorbsi) untuk
kepentingan pelapukan dan hasil dari kerjannya tanah menjadi subur dan gembur.
Air hujan yang meresap
ke dalam tanah dan terus melakukan kegiatan meluncur akan berperkolasi, baik
secara horizontal maupun vertikal, bahkan mungkin lateral. Yang terus meluncur
ke arah horizontal kemungkinan akan keluar sebagai mata air di bukit-bukit dan
gunung-gunung, bahkan juga lembah-lembah. Yang terus berperkolasi akan tinggal
sebagai cadangan air tanah, yang dapat dimanfaatkan dengan cara disedot dengan
pompa atau diambil dengan cara membuat sumur terlebih dahulu, untuk selanjutnya
air diambil (ditimba) dengan menggunakan ember (ember+pengikat tali+katrol).
Jawaban dari pertanyaan
diatas kira-kira seperti itu. Tumbuh-tumbuhan yang beranekaragam yang tumbuh di
suatu ekosistem hutan tidak hanya berperan dalam mengurangi jumlah limpasan
permukaan yang menjadi salah satu faktor penyebap terjadinya banjir, tapi juga
berperan dalam penyediaan air bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Selain itu,
dengan berkurangnya limpasan permukaan otomatis erosi tanah akan berkurang,
karena air hujan yang run off adalah
aktor utama dalam proses erosi tanah. Begitu pentingnya tumbuh-tumbuhan bagi
manusia dan hewan herbivora dan omnivora, maka sudah layaknya kita melakukan
gerakan penghijauan di lingkungan kita masing-masing, serta berhenti melakukan
tindakan-tindakan tidak terpuji seperti melakukan pembalakan liar di kawasan
yang dilindungi.
Melakukan penghijauan di
daerah tangkapan air, bukan berarti limpasan air hujan yang debitnya besar akan
berkurang atau turun drastis, karena jumlah limpasan permukaan ini menyangkut
beberapa faktor lainnya seperti, jenis tanah, topografi, tutupan lahan, dan
tentunya curah hujan.
Kalau di daerah pedesaan
yang masih hijau tentu debit limpasan permukaannya tidak terlalu besar,
dibandingkan di kawasan perkotaan. Di kawasan perkotaan pemain kunci adalah penggunaan
lahan (land use). Perumahan berapa ha
(hektar) ? Kantor pemerintah berapa ha ? Perdagangan dan jasa berapa ha ? Hutan
lindung berapa ha ? Hutan kota berapa ha ? Dll. Jika daerah resapannya kurang
maka sudah pasti limpasan permukaannya besar. Tutupan lahannya berupa apa ?
Beton, aspal, semen, rumput-rumput atau tanah. Tutupan lahan ini yang sering
disebut dengan koefisien limpasan permukaan (C).
Nanti limpasan permukaan
ini akan dihitung mengunakan rumus rasional (Q = 0,278 C x I x A). Setelah limpasan
permukaannya diketahui, akan digunakan sebagai dasar untuk antisipasi
penanganannya atau bagaimana cara menangani kelebihan air ? Selanjutnya dibuat
rencana teknis, bagaimana dimensi saluran drainase ? Bagaimana dimensi atau
volume waduk untuk menampung debit banjir (debit rencana) sekian ? Mengetahui
besarnya limpasan permukaan itu penting, percuma kalau debit limpasan permukaan
kecil tapi kita bangun waduk yang besar, rugi dan bikin habis anggaran.
Pembahasan kita mengenai
peranan tumbuhan-tumbuhan dalam mengurangi jumlah limpasan permukaan seperti
itu. Apa yang kita bahas kali ini dalam konteks konservasi air dan tanah dan
menurut kacamata Teknik Lingkungan, soal aspek teknis seperti teknik
perhitungan debit rencana dan bagaimana bentuk bangunan untuk menampung
limpasan permukaan yang besar, itu tanyakan kepada mahasiswa Teknik Sipil atau
Alumni Teknik Sipil atau bisa kepada orang-orang yang berkompeten di bidang tersebut. Selamat malam.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar