Label

Selasa, 29 Juli 2014

Identifikasi Daerah Rawan Banjir di Kota Jayapura Ditinjau dari Aspek Morfologi Wilayah

Secara alami ada dua faktor penyebap terjadinya banjir yakni tingginya curah hujan dan faktor topografi dimana suatu kawasan merupakan dataran rendah. Kawasan dataran rendah rendah atau berupa cekungan sangat potensial dilanda banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi.
Kota Jayapura yang terletak di bagian Utara Provinsi Papua sebagian wilayahnya berupa dataran rendah dengan ketinggian antara 0-25 mdpl, dimana sangat rentan dilanda banjir apabila terjadi hujan dengan intensitas yang cukup tinggi. Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), kawasan rawan bencana alam khususnya bencana banjir ditetapkan sebagai kawasan lindung. Kawasan rawan banjir adalah tempat-tempat yang secara rutin setiap musim hujan mengalami genangan lebih dari enam jam saat hujan turun dan dalam keadaan musim hujan normal. Kawasan rawan banjir merupakan kawasan lindung yang bersifat sementara sampai dengan teratasinya masalah banjir secara menyeluruh dan permanen di tempat tersebut.
Well, kali ini penulis ingin membahas tentang Daerah Rawan Banjir di Kota Jayapura Ditinjau Dari Aspek Morfologi Wilayah. Bagi kalian yang sudah lama bermukim di Kota Jayapura pasti sudah tahu kawasan-kawasan mana saja yang sering dilanda banjir. Tentu masih hangat di benak kita peristiwa banjir yang melanda Kawasan Jantung Kota Jayapura akibat meluapnya kali APO beberapa bulan yang lalu dan peristiwa banjir yang rutin melanda Pasar Youtefa apabila terjadi hujan dengan intensitas yang lebat.


Berdasarkan keadaan morfologi wilayah seperti terlihat pada peta diatas, daerah rawan banjir berada di semua distrik karena semua terdapat dataran rendah. Banjir sangat potensial terjadi di daerah yang satuan morfologinya berupa dataran rendah, khususnya dataran aluvial dan fluvial. Penyebaran satuan morfologi fluvial  ini berada di sejumlah kawasan di Kota Jayapura, yakni Kotaraja, Abepura, Koya Barat, Koya Barat, Koya Timur, Skoumabo, Skouyambe. Ciri-ciri dataran fluvial adalah memiliki relief yang relatif datar hingga hampir datar, memiliki ketinggian tempat 1-10 meter diatas permuakaan laut (mdpl), dengan kemiringan lereng 0-3%. Material penyusun satuan ini berupa kerakal, kerikil, pasir dan lempung.
Sedangkan penyebaran satuan morfologi dataran fluvial sebagaian besar berada di kawasan Distrik Muara Tami. Faktor yang berpengaruh membentuk satuan ini adalah proses fluvial yang diaktori oleh proses aliran sungai yang mengalir secara periodik. Kawasan Muara Tami dilewati sungai berkategori besar, seperti Sungai Tami dan Sungai Mosso, jadi sangat wajar kalau proses fluvial sangat dominan. Satuan ini dicirikan oleh relief yang relatif datar hingga hampir datar dan memiliki ketinggian tempat 1-2 mdpl, dengan kemiringan lereng 0-3%. Karena sangat datar sehingga terbentuk meander dan oxbow lake pada aliran Sungai Tami dan Mosso akibat kecepatan air yang melambat. Material penyusun satuan ini adalah endapan lepas berupa kerakal, kerikil, pasir, lempung yang terangkut oleh aliran run off dan aliran.
Dengan alasan kosentrasi penduduk dan kosentrasi kegiatan ekonomi maka kawasan rawan bencana banjir hanya dibahas beberapa titik prioritas yakni kawasan Jantung Kota Jayapura, kawasan Entrop, kawasan Abepura dan Kotaraja serta Waena.

1. Kawasan Jantung Kota

Berdasarkan peristiwa banjir yang melanda APO beberapa bulan lalu, faktor penyebap banjir lebih dominan karena penyempitnya aliran kali APO, sehingga perlu dilakukan perbaikan penampang sungai (normalisasi). Untuk kawasan Jantung Kota prioritas penangaan lebih kepada perbaikan dan pengerukan sampah-sampah yang mengendap di dasar saluran. 

2. Kawasan Entrop

Ada beberapa titik kawasan rawan banjir di Entrop yakni kawasan SMU 4 Entrop, seputaran CV Thomas, dan PTC, karena tempatnya sangat landai dengan ketinggian tempat 5-20 mdpl.

3. Kawasan Abepura dan Kotaraja













Kawasan dataran Kotaraja sampai Abepura merupakan dataran banjir (flood plain Abepura) yang dikelilingi oleh perbukitan dan dilalui dua sungai utama yakni sungai Acai dan Siborogoni, sehingga kawasan Abepura dan Kotaraja sangat rentan dilanda banjir, contohnya seputaran kawasan Otonom Kotaraja, Organda, Perumnas IV dan Pasar Youtefa. Khusus untuk seputaran Pasar Youtefa kawasannya memang sangat landai, elevasinya antara 5-10 mdpl. Idealnya areal pasar harus lebih tinggi agar terhindar dari luapan air kali Acai dan Kotaraja. Opsi lain agar  Pasar Youtefa terhindar dari banjir adalah memindahkan pasar ke tempat lain, tapi itu solusi yang tidak menyelesaikan masalah banjir, malah lari dari banjir.

4. Waena


















Kawasan Waena Perumnas I, II dan III  merupakan daerah yang datar dengan ketinggian tempat antara 70 Mdpl sampai dengan dengan 150 Mdpl, potensi dilanda banjir kecil. Titik rawan banjir berada di Perumnas IV karena kawasan ini sangat landai dan cekung dengan ketinggian tempat antara 10 sampai 20 Mdpl. 
Hasil identifikasi kawasan yang berpotensi dilanda banjir apabila ditinjau dari aspek morfologi wilayah, ditampilkan pada peta di bawah ini. 

Peta Daerah Rawan Banjir (Daerah Rawan Banjir Ditandai dengan Bulatan Kuning)

So, kira-kira demikian pembahasan singkat mengenai Identifikasi Daerah rawan Banjir di Kota Jayapura  Ditinjau dari  Aspek Morfologi Wilayah. Semoga Bermanfaat. (*)

Sumber :
  • Perda Kota Jayapura Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Jayapura Tahun 2008
  • Data DEM dari Citra SRTM Resolusi 90 Meter



Selasa, 22 Juli 2014

Aturan-aturan Dasar Dalam Menggambar Kontur

Dalam menggambar kontur harus diketahui beberapa aturan dasar dalam pengambaran kontur yang berlaku secara umum, agar hasil penggambaran kontur selain bisa dipahami dan ditafsirkan oleh penggambar dan orang lain. Berikut aturan-aturan dasar tersebut :
  • Garis kontur tidak pernah berakhir, bertemu, berpotongan kecuali dalam kasus yang tidak biasa dari suatu karang yang vertikal atau tergantung atau sebuah goa.
  • Garis-garis kontur harus berjarak sama, kecuali bila tersedia data yang menunjukan hal sebaliknya.
  • Garis kontur dibuat sedemikian rupa sehingga permukaan yang lebih tinggi dari garis kontur tersebut selalu terletak pada sisi yang sama dengan garis kontur tadi.
  • Karena bumi merupakan sebuah permukaan yang kontinu, semua kontur harus menutup satu sama lainnya. Walaupun dapat terjadi di dalam daerah yang dipetakan, seringkali penutupan (closure) terjadi di luar pandangan peta dan tidak tampak di peta.
  • Garis kontur harus tegak lurus terhadap jurusan kelandaian maksimum.
  • Jarak antara garis kontur menyatakan kecuraman lereng. Jarak yang berdekatan menunjukan lereng yang curam. Jarak yang renggang menunjukan kelandaian yang tidak curam.
  • Kontur tertutup konsentrik yang elevasinya bertambah menyatakan bukit.
  • Kontur yang membentuk kait tertutup di sekitar daerah yang lebih rendah disebut kontur depresi. Arsiran diletakan dalam kontur terendah yang menunjukan dasar sebuah lubang tanpa jalan keluar agar muda dalam menafsirkan peta.
  • Garis terus menerus menyatakan kelandaian yang bertambah sedikit demi sedikit. Garis kontur yang tidak teratur menunjukan daerah yang bergelombang.
  • Garis kontur tidak bercabang menjadi dua kontur dengan elevasi yang sama
  • Lembah terlihat sebagai bentuk kontur -V , dan punggung sebagai kontur bentuk -U.
  • Bentuk –V yang terbentuk oleh kontur yang memotong sungai mengarah ke hulu.



Sumber :

J Wishing & R Wishing, “Pengantar Pemetaan”, McGraw-Hill, 1985 (Alih Bahasa Penerbit Erlangga, 1995).

Kamis, 17 Juli 2014

Cara Mengetahui Tipe Lereng Berdasarkan Jarak Garis Kontur

Keadaan topografi suatu wilayah dapat disajikan dalam bentuk garis-garis kontur dalam sebuah peta. Garis kontur sendiri adalah garis yang menghubungkan titik-titik yang elevasinya sama. Suatu bidang datar yang memotong permukaan tanah diperlihatkan diatas peta sebagai garis kontur. Dengan hanya melihat garis-garis kontur yang ada di peta kita dapat mengetahui bentuk-bentuk lereng yang ada di suatu wilayah. Berikut beberapa tipe lereng yang bisa diketahui dengan hanya melihat garis kontur :
1        Lereng terjal dicirikan dengan garis kontur yang rapat.
2        Lereng sedang atau landai dicirikan dengan jarak garis kontur yang renggang.
3        Lereng cekung dicirikan dengan semakin tinggi tempat, jarak kontur semakin berkurang.
4        Lereng cembung dicirikan dengan kontur yang semakin tinggi tempat, jarak kontur yang semakin renggang.
5        Lereng seragam dicirikan dengan jarak antar kontur tetap.
6        Lereng berombak dicirikan dengan kontur yang secara periodik jaraknya berdekatan.
7        Untuk lahan yang datar dicirikan dengan tidak adanya kontur dan biasanya dekat dengan permukaan laut.
Sebagai contoh kalian bisa melihat pola garis kontur pada peta di bawah ini yang memperlihatkan wilayah Pusat Kota Jayapura yang dikelilingi perbukitan.
 Pada peta bagian bawah (imbi, pelabuhan dan sekitarnya) tidak ada kontur sedangkan wilayah perbukitan ada konturnya. Semakin curam (terjal) perbukitan konturnya semakin rapat.
Kira-kira demikian cara cara membaca tipe lereng berdasarkan jarak garis kontur. (*)