Beberapa hari yang lalu
kita pernah membahas tata ruang hijau, sempat kita menyinggung ruang terbuka
hijau. Apakah ruang terbuka hijau itu penting ? Relatif.
Nah, kita sudah tahu
bersama fungsi dari pepohonan. Selain sebagai penyuplai oksigen, pohon juga
dapat berfungsi menahan tanah agar tidak mengalami erosi dan juga pohon dapat
berfungsi untuk mengurangi air limpasan (run
off). Artinya, laju infiltrasi air ke dalam tanah akan lebih cepat atau
sebagian air diisap oleh akar pohon.
Kalau kita lihat
kenyataan yang ada di perkotaan, sangat minim sekali ruang terbuka hijau. Banyak
gedung bertingkat, banyak jalan aspal, beton, dll, jarang ada tanah kosong.
Ibaratnya cari cacing tanah di daerah perkotaan yang padat penduduk yang
kebanyakan lahannya sudah terbangun,
sangat susah. Bagaimana air hujan mau berinfiltrasi kedalam tanah, kalau
semuanya beton. Coba Anda bayangkan, kalau terjadi hujan selama 24 jam, pasti
air akan lama berinfiltrasi dan kalau hujan tidak berhenti otomatis akan terjadi
genangan, akan tambah parah kalau saluran drainasenya tersumbat, bisa
dipastikan akan terjadi banjir.
Jadi, bagi Anda yang
bermukim di dekat jalan raya atau kompleks padat penduduk, sebaiknya tanahnya
jangan di cor dengan semen semuanya, biarkan ada sebagian tanah yang tersisa
untuk ditanami pohon, agar air dapat berinfiltrasi dengan cepat kedalam tanah
dan air limpasan pun berkurang dan sebagian lagi dengan akan cepat turun
kedalam saluran drainase.
Ada saling keterkaitan
antara ruang terbuka hijau, tata guna lahan dan run off. Jika banyak ruang
terbuka hijau tentu aliran run off sedikit dikurangi, karena sebagian meresap
kedalam tanah dan sebagian lagi mengalir kedalam saluran drainase. Tata guna
lahan juga terkait dengan drainase. Drainase kan merupakan sebuah sistem yang
dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air. Akan masalah kalau terjadi hujan
besar dengan durasi waktu yang lama dan drainase yang dibuat tidak mampu
menampung debit banjir, pasti air akan meluap dan terjadi banjir. Idealnya ada
hutan atau RTH, sehingga di bagi debit sekian masuk kedalam tanah dan debit
sekian masuk ke got, pasti air banjir tidak melampaui kapasitas daya tampung
got.
Dalam perencanaan
drainase perkotaan juga diperhitungkan tata guna lahan di daerah tangkapan. Jika
air hujan turun dari gunung, sementara lahan di perkotaan sudah terbangun dan
drainasenya juga penuh dengan sampah, bisa dipastikan akan terjadi banjir.
Dalam perhitungan debit banjir untuk membuat sebuah got juga diperhitungkan koefisien
limpasan (run-off), karakter permukaan
aspal berapa, karakter permukaan beton berapa, agar air hujan itu cepat mengalir
kedalam got atau sungai (saluran primer), agar tidak terjadi genangan.
Berdasarkan realita, tata
guna lahan itu dibuat secara garis besar, misalnya perumahan berapa hektar,
kantor pemerintahan berapa hektar, lapangan olahraga berapa hektar,dll. Tidak dihitung
secara detail, ini ada pohon, ini lapangan bola, ini aspal, ini beton, ini
pohon pinang, ini ada rumah, ini toko banguan, ini puskesmas, ini kios, ini kebun
singkong, dll. Maka, dari itu solusinya lebih efektif dengan cara menyediakan
ruang terbuka hijau atau menanam pohon di pekarangan rumah masing-masing, agar
ada garansi air cepat meresap kedalam tanah. Artinya, dibagi 50% air hujan
masuk kedalam tanah dan 50% masuk kedalam sungai atau got. Jangan terbalik, 20%
masuk kedalam tanah dan 80% run off, sedangkan
daya tampung got atau sungai hanya 50%, bisa dipastikan 30% dari 80% ini meluap dan terjadi banjir. Sederhananya.
seperti itu, maaf kalau penulis salah. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar