Beberapa hari lalu ketika
kita berbicara mengenai kekeringan, sempat kita menyinggung penurunan muka
tanah. Pengambilan air bawah tanah (ABT), secara berlebihan dapat menimbulkan
ruang kosong di dalam tanah yang sewaktu-waktu dapat ambruk atau ambles secara
vertikal ke bawah.
Penurunan muka tanah akan
terjadi apabila ada ruang kosong (space) di dalam tanah dan tanah tersebut
tidak mampu menahan beban diatasnya, maka tanah bisa ambruk secara vertikal ke
bawah. Kalau tanah longsor dipengaruhi oleh elevasi serta air yang terkandung
dalam tanah, sedangkan penurunan muka tanah dipengaruhi oleh berkurangnya air
di bawah permukaan tanah serta dipengaruhi pula oleh rendahnya suatu kawasan.
Anda pernah lihat kuali ? Penurunan muka tanah sangat potensial terjadi di
kawasan dataran rendah, yang kontur tanahnya mirip kuali. Ketika muka tanah
mengalami penurunan, maka tidak menutup kemungkinan akan terjadi intrusi air
laut ke wilayah daratan yang berdekatan dengan pantai. Kalau di Papua,
contohnya Pulau Kiman di Merauke yang kontur tanahnya cekung menyerupai kuali.
Agar Anda lebih memahai
penurunan muka tanah, Anda bisa lihat foto di diatas. Mungkin Anda tidak
melihat secara jelas karena hanya dilihat dari satu sudut. Kalau Anda ikut
bersama penulis melihat langsung di lapangan, pasti Anda memahaminya. Tapi intinya foto ini
bukan tanah longsor, tapi tanahnya ambruk secara vertikal ke bawah, kalau
dilihat dari beberapa sudut.
Pembuatan biopori atau
sumur resapan merupakan solusi yang tepat untuk mengisi ruang dibawah tanah
yang kosong atau kalau diibaratkan ruang di bawah tanah ini merupakan sebuah bak penampung air yang
kosong. Karena dengan sumur resapan, aliran run-off sedikit dikurangi. Selanjutnya
air tersebut akan terserap masuk kedalam tanah dan tersimpan sebagai cadangan air tanah. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar