Label

Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Alam. Tampilkan semua postingan

Selasa, 17 Maret 2015

Peta Jayapura pada Zaman Belanda

Berikut ini penulis akan tampilkan peta jantung Kota Jayapura pada zaman Belanda. Peta ini penulis dapatkan saat sercahing di google, ada beberapa situs yang muat.


Dari melihat peta Belanda, bisa dikatakan bahwa Belanda yang letakan pondasi awal pembangunan di Kota Jayapura. Kawasan jantung Kota Jayapura yang ada sekarang merupakan kota yang dirintis Belanda (Hollandia Town) dan beberapa jalan raya utama yang ada sekarang mengikuti jalan bekas Belanda. Soal sejarah nanti kalian bisa cari di beberapa literatur dan baca.

Kalau dibawah ini peta kontur sebagian wilayah Jayapura Utara yang penulis coba buat memakai Data SRTM.

Minggu, 15 Maret 2015

Membuat Peta Kontur Memakai Data DEM SRTM

Beberapa hari yang lalu telah dibahas mengenai sumber atau link untuk mendapatkan data DEM. Data DEM selain bisa dikonversi kedalam bentuk peta terrain (peta timbul), juga bisa dibuat peta yang flat (peta datar), dengan cara merubah kedalaman relief (shaded deep) menjadi 0%.
Selain itu data SRTM itu bisa juga dikonversi menjadi garis-garis kontur, yakni garis-garis yang menghubungkan titik-titik yang memiliki ketinggian sama. Untuk membuat peta kontur kita akan memakai sebuah free software, QuickGrid. Langkah-langkahnya sebagai berikut :
1.      Simpan data DEM SRTM yang dibuka di software 3DEM ke format USGS ASCII DEM, dengan cara pilih File dan klik Save USGS ASCII DEM.


2.      Buka software QucikGrid. Pilih File > Pilih Input a grid > pilih dan klik Load 1-Degree USGS DEM from file. Kemudian cari file yang tadi disimpan.


3.      Atur interval kontur dengan cara pilih Edit > pilih dan klik Contour Interval and Labels.


4.      Kita dapat mewarnai peta contour yang telah dibuat berdasarkan elevasi dengan cara pilih Edit dan Klik Colour Map.


5.      Selain menggunakan blended colour yang ada dalam software QuickGrid. Kita juga dapat mengedit sendiri peta contour yang telah dibuat di software lain, misalnya untuk memasukan nama-nama tempat, dll. Seperti yang telah penulis buat di bawah ini.


7.      Selain itu, ada cara pengeditan peta yang cepat yakni dengan cara melapisi (layer), dimana peta timbul yang dibuat di 3DEM dilayer atau dilapis dengan peta kontur yang dibuat di QuickGrid. Bagaimana cara melakukan layer, pasti kebanyakan dari kalian yang suka mengedit photo sudah tahu. 

Peta terrain (peta timbul)

Peta Kontur 

Hasil Perlapisan (layer) peta timbul dengan peta kontur 


Sabtu, 14 Maret 2015

Beberapa Sumber Mendapatkan Data DEM

Beberapa hari yang lalu telah dibahas mengenai membuat peta memakai data DEM SRTM 90 meter. Selain data DEM dari SRTM, ada juga data DEM (digital elevation model) atau data elevasi digital dari ASTER GDEM dan tempat untuk mendapatkannya disini (http://gdem.ersdac.jspacesystems.or.jp/search.jsp). Untuk mendapatkannya kalian harus login terlebih dahulu dan ikuti prosedur-prosedur yang ada disitu.
Selain SRTM 90 meter, ada juga yang baru yakni DEM SRTM 30 meter. Untuk Data SRTM 30 meter, kalian bisa dapatkan disini (http://earthexplorer.usgs.gov/). Untuk mendapatkannya kalian harus login terlebih dahulu dan ikuti prosedur-prosedur yang ada disitu. Data SRTM 30 meter ini baru direleases 23 September 2014 lalu, oleh NGA, NASA dan USGS (Badan Pemerintah milik negara Amerika Serikat). Bisa dikatakan SRTM 30 meter, ini merupakan penyempurnaan dari SRTM 90 meter yang sudah ada lebih dulu.
Nah, sekarang coba kita lakukan perbandingan antara ketiga data DEM tersebut, dimana letak perbedaan antara ketigannya. Di bawah ini diperlihatkan kenampakan terrain wilayah Abepura dan Sekitarnya untuk masing-masing ketiga data DEM tersebut.

Gambar 1. DEM SRTM 90 Meter 
Gambar 2. DEM ASTER GDEM 
Gambar 3. DEM SRTM 30 Meter 
Letak perbedaan ketiganya adalah resolusinya, gambar pertama resolusinya 90 meter, jadi tidak detail. Gambar ke 2 dan ke-3 resolusinya sama 30 meter, tapi gambar ke-3 SRTM 30 meter ini permukaan dan sayatannya lebih halus. Pada SRTM 30 Meter ini ada penyempurnaan elevasi tempat, karena terkadang ada tempat yang seharusnya bukit tapi terainnya flat. Data DEM juga banyak kesalahan, sehingga harus di match dengan data survey lapangan. 
Ketiga data DEM diatas bisa dijadikan peta dasar (ground map) dalam pembuatan peta-peta tertentu. Tinggal kita sesuaikan dengan keperluan dan luas lokasi, kalau lokasinya luas pakai SRTM 90 meter. Kalau lokasinya kecil, ya pakai yang SRTM 30 meter atau bisa juga pakai data DEM dari ASTER GDEM. (*)


Kamis, 12 Maret 2015

Membuat Peta Memakai Data DEM SRTM 90 Meter

Para mahasiswa atau kalangan umum seringkali dalam membuat laporan tugas atau laporan observasi lapangan, dituntut untuk membuat peta yang menunjukan letak lokasi dimana observasi dilakukan. Salah satu cara cepat dan sederhana dalam membuat peta adalah memakai data DEM SRTM yang bisa didapat secara gratis. Data DEM SRTM ini bisa dijadikan peta dasar (ground map), untuk menghasilkan peta-peta tertentu.
Contoh :

Sebagai contoh kita ingin membuat peta Pulau Biak dan sekitarnya

Adapun langkah-langkah membuat peta dengan data DEM SRTM adalah sebagai berikut :

1.      Buka web CGIAR-CSI, cari dan tandai kotak yang menunjukan bagian tengah Pulau Papua, yang mana Pulau Biak berada. Setelah tandai, kalian klik di bagian Click here Begin Search. Setelah diklik akan muncul gambar bagian tengah Pulau Papua. Untuk download secara direct itu klik Data Download (HTTP).



2.      Sebelum file hasil download di buka, harus di extract terlebih dahulu. Data DEM SRTM ini formatnya GeoTiff. Data DEM SRTM ini kalian bisa buka di software Arc Map, Global Mapper, dll. Disini penulis memakai software gratisan, 3DEM.
3.      Data DEM SRTM bagian tengah Pulau Papua dibuka di software 3DEM.
4.      Selanjutnya pilih Operation dan klik Select Smaller Area, lalu pagari Pulau Biak dengan tanda merah, lalu tekan enter sehingga tercrop. Di layar akan nampak hanya pulau Biak.


5.      Kemudian kita akan memberi warna area berdasarkan ketinggian, dengan memilih Color Scale dan mengklik Modify Scale.


6.      Setelah dirasa tuntas, hasil pekerjaan kita disimpan dengan mengklik Save Map Image (formatnya, bisa JPEG, BMP, dll).
7.      Gambar peta yang telah disimpan bisa diedit sesuai keperluan, misalnya memberi nama-nama tempat, dll. Seperti yang telah penulis buat di bawah ini.

Jumat, 06 Maret 2015

Menghitung Luas Areal dengan Metode Dot Planimetrik

Dot planimetrik merupakan metode perhitungan luas dengan cara menjumlahkan dot (titik) yang ada di dalam area atau dalam garis batas. Kalau dilihat metode Dot Planimetrik ini sebenarnya mirip dengan perhitungan kotak pada metode Grid Bujur Sangkar yang pernah dibahas di blog ini, cuma ada perbedaan sedikit, dimana pada metode dot planimetrik yang dihitung adalah dot atau titik-titik yang dibuat pada kotak-kotak (grid).
Adapun langkah-langkah menghitung luas area dengan metode Dot Planimetrik adalah sebagai berikut :
1.      Menetapkan nilai unit untuk satu kotak.
2.      Buat grid (kotak) dan dot. Semakin kecil grid (kotak), maka semakin akurat hasilnya.
3.      Hitung jumlah dot yang ada dalam area dan dot yang ada dalam garis batas.
4.      Masukan hasil perhitungan jumlah dot dalam rumus untuk mendapatkan nilai luas areal. Rumus perhitungan dengan metode dot planimetrik adalah sebagai berikut :
Luas = (W + B) nilai unit

Keterangan :
W = dot yang berada dalam area
B = dot yang berada dalam batas garis

Contoh Soal !


Gambar diatas menunjukan kenampakan areal berbentuk geometri tidak teratur. Coba kita hitung berapa luas areal tersebut dengan metode dot planimetrik.
Penyelesaian :
1.      Buat grid ( kotak-kotak) untuk gambar diatas, dengan ukuran 1 cm x cm


2.      Gambar diatas digambar dengan skala 1:100, maka nilai unit adalah
Nilai unit = 1 cm x 1 cm x 100 x 100
   = 1 m x 1 m
   = 1 m2
3.      Hitung jumlah dot (titik)
Jumlah dot dalam area (merah) = 255 (W)
Jumlah dot yang ada dalam batas garis = 35 (B)
Jadi, luas area diatas = (W+B) x 1
                                            = (255 + 35) x 1
                    = 290 m2

Bagaimana kalau areal diatas kita hitung dengan metode koordinat, lalu dilakukan perbandingan.

Dari hasil perhitungan antara metode dot planimetrik dan metode koordinat, ada selisih sekitar 20 m2. Selisih bisa saja terjadi, karena menghitung titik (dot) haruslah teliti dan jeli. Metode dot planimetrik ini sangat cocok untuk menghitung areal yang bentuknya sangat tidak teratur. Kalau suatu areal bentuknya poligon, paling bagus menggunakan metode koordinat, karena jika terjadi kesalahan gampang dikoreksi.
Dengan alasan efisiensi waktu metode dot planimetrik ini tidak dianjurkan untuk menghitung luas areal pada media pengambaran yang besar. Kalau kertas gambar ukuran A4 sih tidak masalah, tapi kalau kertas gambar rol (jumbo), bisa dibayangkan mata akan sakit duduk hitung jumlah titik. (*)

Rabu, 04 Maret 2015

Menghitung Luas Areal dengan Rumus Luas Segitiga

Perhitungan luas areal juga dapat dilakukan dengan memakai rumus luas segitiga. Suatu kenampakan areal terlebih dahulu dibagi menjadi segitiga-segitiga, lalu dihitung luas masing-masing segitiga, kemudian baru dijumlahkan untuk mendapatkan nilai total luas areal.

Contoh Soal !

Pada gambar diatas nampak sebuah areal yang berbentuk segi empat tidak beraturan. Jika saja bentuknya beraturan perhitungan luasnya mudah, tinggal panjang dikalikan lebar. Karena bentuknya tidak beraturan maka kita akan bagi areal tersebut menjadi segitiga-segitiga, lalu kita hitung luasnya, kemudian dijumlahkan.

L∆ABD     =1/2 X AD x AB
    = 1/2 x 21 x 18
    = 189

L∆BCD     = 1/2 x CD x BE
   = 1/2 x CD x BC sin 750
   = 1/2 x 24 x 20 sin 750
   = 240 x 0,9659
   = 231,82

L  = L∆ABD + L∆BCD
    = 189 + 231,82
    = 420,82
Jadi areal diatas luasnya 420,82 m2

Coba kita lakukan perbandingan, bagaimana kalau areal diatas kita hitung menggunakan metode koordinat.  Dari gambar diatas, kita buat ordinat dan absisnya, lalu susun daftar koordinat x,y. Kemudian dilakukan perhitungan. Untuk membuat grafik titik-titik koordinat bisa juga dilakukan di MS Excel memakai Chart XY Scatter, dengan menginput nilai x dan y. Agar terjadi closing (penutupan), masukan kembali nilai x dan y titik A pada bagian akhir.
Dari hasil perhitungan antara metode segitiga dan koordinat terdapat selisih sekitar 5,82 m2. Selisih tersebut mungkin bisa karena kesalahan dalam mengukur besar sudut atau kesalahan dalam memplot titik-titik, dll.

Kira-kira demikian pembahasan mengenai  menghitung luas areal dengan rumus luas segitiga. Semoga apa yang telah dibahas dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. (*)



Senin, 02 Maret 2015

Menghitung Luas Areal dengan Bantuan Google Earth

Ketika melakukan perhitungan luas areal tetapi kita tidak mempunyai peta yang representatif, alternatifnya bisa menggunakan bantuan Google Earth. Google Earth adalah sebuah software yang menampilkan kenampakan permukaan bumi dan software tersebut bisa diunduh secara cuma-cuma (gratis), kecuali yang Pro. Di Google Earth tersedia fasilitas pengaris yang bisa membantu kita mengetahui jarak dan arah satu titik dengan titik lainnya. Ketika jarak antara satu titik dan titik lainnya diketahui, maka sangat dimungkinkan perhitungan luas areal bisa dilakukan.
Langkah-langkah menghitung luas areal dengan bantuan Google Earth adalah sebagai berkut :
1.      Buka software Google Earth yang telah terinstal di komputer kalian
2.      Plot atau tandai areal yang ingin diukur luasannya, dan kemudian tarik garis yang menghubungkan satu titik dengan titik lainnya sehingga membentuk poligon tertutup.
3.      Klik pengaris dan ukur jarak antara satu titik dengan titik lainnya. Catat jarak dan arahnya. Arah diperlukan untuk menggambarkan kembali poligon tertutup diatas kertas milimeter block.
4.      Gambarkan kembali hasil pengukuran diatas kertas milimeter block dengan skala yang representatif.
5.      Gunakan busur derajat untuk menentukan posisi titik-titik poligon diatas kertas milimeter block
6.      Hitung luas areal dengan metode-metode yang biasa digunakan dalam mengukur luas kenampakan areal, seperti grid bujur sangkar, metode strip, metode koordinat atau metode lainnya.
Contoh :
Hasil ploting suatu kenampakan areal dalam Google Earth beserta data pengkuran ditampilkan di bawah ini. Hitunglah luas areal tersebut.


Titik
Jarak
Arah
Dari
Ke
(meter)
(0)
P1
P2
153,6
48
P2
P3
265
152
P3
P4
68,9
218
P4
P1
215,5
307
Penyelesaian :
Kenampakan areal tersebut akan dihitung menggunakan metode koordinat. Oleh karena itu berdasarkan gambar dan data pengukuran, dibuatlah sketsnya dengan skala 1 : 1000. Setelah itu dibuat sumbu x dan y dan ditentukan koordinatnya untuk kemudian dihitung luas arealnya.

Hasil perhitungan ditampilkan dalam tabel berikut ini :
Dari hasil perhitungan, luasan areal tersebut ± 3,80 hektar. Itu merupkan perhitungan secara kasar, dalam artian mendekatilah.
Kira-kira demikian cara menghitung luas areal dengan bantuan Google Earth. Semoga apa yang telah dibahas dapat bermanfaat bagi para pembaca sekalian. (*)


Jumat, 30 Januari 2015

Perubahan Bentuk Permukaan Akibat Aktifitas Aliran Air

Bentuk permukaan bumi (relief) tidaklah statis melainkan dinamis, dalam artian akan terus mengalami perubahan seiring berjalannya waktu. Perubahan yang terjadi bisa karena faktor alam maupun karena faktor perbuatan manusia. Perubahan karena faktor alam salah satunya yakni karena akibat aktifitas aliran air yang merupakan aktor utama dalam proses erosi dan sedimentasi.
Hujan yang jatuh ke permukaan bumi sebagian mengalir diatas permukaan tanah dan kemudian masuk ke sungai dan selanjutnya menuju outlet pembuangan di waduk, danau dan laut. Aliran air yang mengalir di permukaan tanah  ini yang sering disebut sebagai aliran permukaan atau limpasan permukaan (run off).
Hujan yang turun di pegunungan atau perbukitan akan mengalir menuruni lereng-lereng dan dalam perjalanan air akan mengikis tanah-tanah yang gundul tanpa ditutupi vegetasi. Proses pengikisan tanah oleh air ini yang disebut dengan erosi. Proses erosi secara fisik dipengaruhi oleh iklim, sifat, tanah, topografi dan vegetasi penutup tanah. Proses erosi sangat dominan terjadi pada tanah yang memiliki kemiringan curam dan tanahnya labil serta tanpa ditutupi vegetasi. Pada kemiringan yang curam kekuatan dan energi air akan meningkat secara signifikan sehingga mampu untuk mengikis, mengangkut dan menghanyutkan tanah.
Proses erosi yang berlangsung terus menerus akan merubah bentuk atau kontur permukaan tanah, dimana lama kelamaan akan nampak parit-parit dengan kedalaman yang bervariasi. Menurut bentuknya erosi dibedakan dalam erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai dan tanah longsor. 

Contoh bentuk-bentuk erosi yang terjadi di perbukitan Skyland Kota Jayapura ( Sumber: Laporan Kerja Praktek, 2011)

Tanah hasil proses erosi akan diangkut oleh air dan diendapkan di badan-badan air dan sepanjang kanan-kiri sungai (bantaran, tanggul dan dataran banjir). Proses pengendapan sering disebut dengan sedimentasi dan partikel-partikel tanah yang diendapkan disebut dengan sedimen. Sedimen yang diendapkan di alur dan kanan kiri kiri sungai tidak akan diam terus disitu,  melainkan akan terus bergerak dan pergerakannya akan sangat cepat pada waktu banjir di sungai. Sedimen yang bergerak didalam sungai wujudnya dapat berupa sedimen tersuspensi (suspended sediment) maupun dalam wujud muatan dasar (bed load).
Proses erosi tidak hanya terjadi di pegunungan atau perbukitan, namun juga terjadi di sungai yakni, erosi pada dasar sungai, tanggul dan tebing sungai. Erosi di hulu sungai cenderung vertikal, sedangkan di hilir biasanya horizontal. Proses erosi dan sedimentasi yang terjadi di sungai turut merubah bentuk lahan. Berikut ini ada beberapa bentuk lahan yang merupakan hasil dari proses erosi dan sedimentasi di sungai:


a.      Dataran banjir (flood plain), merupakan dasar lembah di sisi sungai yang terhilir yang mungkin terendam pada waktu air tinggi. Dataran banjir terutama terbentuk dari hasil endapan sedimen di alur sungai dan pengendapan sedimen halus pada daerah genangan pada waktu banjir.

Contoh sungai teranyam (sumber : google earth
b.      Sungai teranyam (braided stream), bentuk sungainya seperti teranyam karena tanggul-tanggulnya dapat tererosi dengan mudah dan cenderungg berpasir dengan lindungan tumbuhan yang sedikit. Bahan dasar alur relatif kasar dan ukuran partikelnya heterogen. kemiringan sungai teranyam lebih besar dari sungai berkelok-kelok.  

Contoh sungai bermeander (sumber : google earth
c.       Sungai berkelok-kelok (meandering stream), biasanya terletak di bagian hilir daerah aliran sungai yang landai dengan kecepatan aliran air yang lambat. Kelokan atau meandering terjadi karena tanggulnya mudah tererosi. Kandungan sedimennya didominasi oleh lanau dan lempung
d.      Percabangan Sungai (Cut off), terjadi karena tanggul-tanggul sungai mudah tererosi sehingga terjadi percabangan pada aliran. Cut off Umumnya terjadi pada bagian sungai yang alirannya  cenderung melambat.
e.       Oxbow lake, kalau dilihat oxbow lake awalnya merupakan cut off namun telah terputus. Erosi dan sedimentasi mengakibatkan terjadinya pergeseran alur sungai dan cut off menjadi benar-benar terputus dan menjadi semacam danau kecil atau telaga yang tidak terkoneksi dengan alur sungai utama.
f.       Tanggul alam (natural levees), merupakan barrier di sisi kanan kiri sungai yang terbentuk dari sedimen yang mengendap. 
g.      Delta, terbentuk karena akumulasi sedimen yang terendapkan di muara sungai dan terkadang sedikit menjorok ke arah pantai atau danau.
Kira-kira demikian pembahasan secara singkat mengenai perubahan bentuk permukaan akibat aktifitas aliran air. Semoga Bermanfaat. (*)

Sumber :
Lindsley Ray dkk,1996., Hidrology untuk Insiyur, Penerbit Erlangga, Jakarta  
Arsyad Sitanala,1989.,Konservasi  Tanah & Air, IPB Press, Bogor




Kamis, 22 Januari 2015

Karakteristik Umum Bentang Alam Sungai

Bentang alam merupakan kenampakan yang terbentuk karena proses-proses alami dan bukan hasil campur tangan manusia. Salah satu contoh bentang alam adalah sungai.
Sungai adalah tempat dan wadah-wadah serta jaringan pengaliran air mulai dari mata air sampai muara dengan dibatasi kanan dan kirinya serta sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan (UU No 35 Tahun 1991)
Karakteristik atau keadaan bentang alam sungai dari hulu ke hilir (mata air sampai muara) tidak seragam, masing-masing mempunyai ciri-ciri tersendiri. Agar lebih mudah mengambarkan karakteristik bentang alam sungai, maka sungai dari bagian hulu ke hilir dapat dibedakan menjadi tiga bagian yakni, sungai bagian atas, tengah, dan bawah. Berikut akan dijelaskan karakteristik umum ketiga bagian sungai tersebut :

1. Sungai bagian atas
Luapan mata air di pegunungan mengalir membentuk sungai yang dalam perjalanan menuju ke laut akan bergabung dengan sungai yang lain. Pada sungai bagian atas kecepatan alirannya tinggi, hal ini tak lain karena dipengaruhi oleh gradien kemiringan lereng yang tinggi.  Kedua sisi kanan kiri terjal dan berbentuk V. Badan dan dasar sungainya sempit. Erosinya cenderung vertikal mengikis dasar sungai. Selain itu, terkadang terdapat air terjun dan riam.

2. Sungai bagian tengah
Pada bagian ini badan sungai menjadi lebar karena bertemu dengan anak-anak sungai dan aliran sungai lambat karena dipengaruhi gradien lereng yang sedang. Erosi sungai ke samping dan lembah semakin melebar. Kelokan (meander) mulai tampak. Pengendapan dapat terjadi terutama di bagian depan belokan dan tepi-tepi sungai.

3. Sungai bagian bawah


Gambar Profil Memanjang Sungai

Pada bagian ini sungai melebar dan aliran lambat karena gradien lemah sehingga terjadi banyak pengendapan. Bila terjadi banjir sungai, sedimen terangkut dan diendapkan ke seluruh lembah sehingga membentuk tanggul alam di kanan kiri sungai. Selain itu terkadang juga terdapat danau kali mati (oxbow lake), yang merupakan kelokan (meander) yang telah terpotong. Dan juga cut off, yakni kelokan yang hampir terpotong oleh hasil pengendapan. 

Kira-kira demikian pembahasan mengenai Karakteristik Umum Bentang Alam Sungai. Ciri-ciri yang dibahas diatas hanyalah gambaran umum, bukan berarti semua sungai seperti itu, misalnya sungai A terdapat oxbow lake belum tentu sungai B demikian. (*)