“Apabila
suatu studi tentang erosi tujuannya hanya berupa identifikasi, ya okelah penentuan
tingkat erosi berdasarkan faktor kerusakan tanah dipakai.
PENENTUAN tingkat erosi selain dengan melihat faktor jumlah kehilangan tanah,
bisa juga dilakukan dengan melihat faktor kerusakan tanah (situasional). Menentukan
tingkat erosi berdasarkan kerusakan tanah sedikit lebih mudah dibandingkan
dengan melihat jumlah kehilangan tanah, karena cara penentuannya berdasarkan pada
bentuk atau kenampakan kerusakan tanah yang terlihat di lapangan (fakta lapangan).
Tingkat
erosi dengan melihat faktor kerusakan tanah dibagi kedalam lima tingkatan yaitu :
a. Erosi sangat kecil.
Setempat – setempat terdapat endapan yang mungkin tersangkut pada akar pohon, rerumputan
dan lekuk permukaan tanah dan batuan, lapisannya sangat tipis, erosi ini terjadi di sejumlah lahan.
b. Erosi kecil.
Tumpukan material kikisan yang tipis sudah mulai merata, nampak adanya kesan
pengikisan pada permukaan tanah atau batuan.
c. Erosi sedang.
Pada lekuk tertentu, ditemukan tumpukan material kikisan yang cukup banyak,
tampak adanya gejala pembongkaran tanah atau batuan.
d. Erosi berat.
Terjadi pengelupasan lapisan tanah secara besar-besaran, baik lapuk, mulai
lapuk, atau yang segar kadang akar pepohonan ikut terbongkar.
e. Erosi sangat berat.
Pembongkaran tanah atau batuan mulai merata, pepohonan sering ikut terbongkar
dan biasa juga diikuti dengan longsoran pada lereng yang relatif curam,
pengikisan dapat terjadi hingga batuan dasar yang segar. Pengaruhnya pada
aliran sungai yaitu terjadinya sedimentasi atau muatan sedimen yang besar, air
menjadi keruh dan berlumpur.
Sumber
: Dokumentasi Penulis dalam Laporan KP, 2011
Erosi
parit di kawasan Perbukitan Skyland dengan
kedalaman ± 40 cm yang bisa dikategorikan kedalam erosi berat
Penentuan
tingkat erosi berdasarkan faktor kerusakan tanah ini bisa dilakukan dengan mengamati keadaan di lapangan. Apabila suatu studi tentang
erosi tujuannya hanya berupa identifikasi, ya okelah penentuan tingkat erosi berdasarkan faktor
kerusakan tanah ini dipakai.
Sedangkan
studi tentang pendugaan erosi yang dilakukan secara komprehensif dan mendalam tidak
bisa hanya dengan mengamati fenomena kerusakan tanah, tapi harus didukung dengan
kegiatan olah data primer maupun
sekunder, seperti menganalisa data curah hujan, peta topografi, peta
geologi, peta tanah, peta penggunaan lahan, data-data tentang sampel tanah yang
telah diuji laboratorium serta data-data lain yang ada relevansinya dengan objek
yang diteliti. (*)
Sumber Pustaka :
Arsyad Sitanala., Konservasi Tanah & Air,
IPB Press, Bogor, 1989
Tidak ada komentar:
Posting Komentar