"Kondisi seimbang suatu lahan apabila besarnya laju erosi sama dengan laju pembentukan tanah"
Pada pembahasan sebelumnya
telah dibahas mengenai penggendalian dampak erosi tanah. Dampak-dampak yang
timbul akibat erosi itu sangat merugikan manusia, baik dari sisi teknik,
ekonomi maupun sosial.
Erosi sendiri adalah
pengikisan atau kelongsoran yang merupakan proses penghanyutan tanah oleh
desakan-desakan atau kekuatan air dan angin, baik yang berlangsung secara
alamiah ataupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia (Sitanala Arsyad, 1989).
Bentuk lahan (landscape) yang ada saat ini merupakan
hasil dari proses erosi yang berlangsung ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Kelokan-kelokan pada sungai (meander),
itu juga merupakan hasil dari proses erosi yang berlangsung di sungai. Selama hujan masih turun dan masih ada tanah di muka bumi ini erosi akan terus berlangsung. Air
hujan itu ibarat pahat yang senantiasa terus memahat tanah (mengikis tanah),
yang harus diupayakan adalah agar tanah yang terkikis (hilang) jumlahnya kecil.
Untuk itu guna menghindari
terjadinya degradasi pada tanah di suatu lahan perlu diciptakan kondisi yang seimbang.
Apa yang dimaksud dengan kondisi yang seimbang ? Kondisi seimbang suatu lahan
apabila besarnya laju erosi sama dengan laju pembentukan tanah. Proses pembentukan
tanah secara alami akan memakan waktu yang cukup lama. Untuk membentuk lapisan
atas tanah sebesar 2,5 cm (25 mm) membutuhkan waktu 300 tahun. Namun dengan
pengelolaan tanah yang baik maka waktu tersebut dapat diperpendek menjadi 30 tahun saja (Suripin 2002, dalam Kodoatie
dan Sjarief, 2008).
Laju erosi dengan besaran
tertentu masih bisa diijinkan apabila disertai dengan pengolahan tanah yang
benar, pengaturan tata air, dan penambahan bahan organik yang tepat.
Tabel. Klasifikasi Tingkat Bahaya Erosi Apabila Dilihat
dari jumlah Kehilangan Tanah (ton/ha/th)
Kelas
|
Jumlah Kehilangan Tanah
(ton/ha/th)
|
Tingkat Bahaya Erosi
|
1
|
0
- 14,6
|
Sangat
ringan (SR)
|
2
|
14,7
- 36,6
|
Ringan
(R)
|
3
|
36,7
- 58,6
|
Sedang
(S)
|
4
|
58,7
- 80,6
|
Berat
(B)
|
5
|
>
80,7
|
Sangat
berat (SB)
|
Sumber : Dangler (dalam
Greenland dan Lal, 1977 dalam Sitanala Arsyad, 1989)
Faktor-Faktor Penyebap Erosi
Gambar 1. Hubungan Klasifikasi Faktor-faktor Penyebap Erosi
1.
Faktor Iklim
menentukan nilai indeks erosivitas hujan.
2.
Faktor tanah
dengan sifat-sifatnya itu dapat menentukan besar kecilnya laju pengikisan
(erosi) dan dinyatakan sebagai faktor erodibilitas tanah (kepekaan tanah
terhadap erosi atau mudah dan tidaknya tanah tersebut tererosi).
3.
Faktor bentuk kewilayahan (topografi)
menentukan kecepatan lajunya air di permukaan yang mampu mengangkut atau
menghanyutkan partikel-partikel tanah.
4.
Faktor kegiatan
manusia selain dapat mempercepat terjadinya erosi karena perlakuan-perlakuannya
yang negatif, dapat pula memegang peranan yang penting dalam usaha pencegahan
erosi yaitu dengan perbuatan atau perlakuan-perlakuannya yang positif.
5.
Faktor tanah
Penutup vegetasi memiliki sifat melindungi tanah dari timpaan-timpaan keras
titik-titik curah hujan ke permukaannya, selain itu dapat memperbaiki susunan
tanah dengan bantuan akar-akarnya yang menyebar.
Persamaan Untuk Menghitung Jumlah Kehilangan Tanah
Gambar 2. Erosi Parit (Gully Erosion) pada Daereh Perbukitan
Besarnya erosi tahunan ET dapat diperkirakan
dengan persamaan berikut (Julien 1995,
dalam Kodoatie dan Sjarief, 2008) :
ET = EU + EG
+ EB
Dimana :
EU
= Erosi bagian hulu yang ditinjau (upland)
EG
= Erosi dari pembentukan parit/selokan (gully)
pada daerah perbukitan
EB
= Erosi Tebing sungai.
EU ini umumnya
menjadi sumber utama erosi lahan sedangkan EG dan EB
untuk DAS yang dengan karakteristik sistem fluvial yang stabil dapat diabaikan.
Dalam persamaan diatas
tidak dimasukan erosi alur (rill erosion)
dan erosi lembaran (sheet erosion)
secara parsial. Nah, untuk memprediksi erosi jangka panjang dari erosi lembar
dan alur pada keadaan tertentu digunakan persamaan USLE (Universal Soil Loss Equation) atau persamaan umum kehilangan tanah
yang merupakan gabungan 6 parameter utama (lihat gambar 1 diatas).
EU = R K L S C P
Dimana :
EU = Erosi tiap satuan area upland erosion dari erosi
lembaran dan erosi rill (tons/acre).
R = faktor erosivitas hujan
K = faktor erodibilitas tanah (ton/acre)
L = faktor panjang area (field)
S = faktor kemiringan lahan
C = faktor pengelolaan penanaman
P = faktor konservasi lapangan
Chay Asdak (1995) juga mengemukakan
pertimbangan yang perlu diperhatikan dalam pemakaian persamaan USLE :
1 USLE
hanya memperkirakan erosi lembar dan erosi alur dan tidak ditunjukan untuk
menghitung erosi parit.
2
USLE
hanya memperkirakan besarnya tanah yang tererosi, tapi tidak memperhatikan
deposisi sedimen dalam perhitungan besarnya perkiraan erosi.
Sumber Pustaka :
- Arsyad Sitanala., Konservasi Tanah & Air, IPB Press, Bogor, 1989
- Kodoatie & Sjarief., Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi, Yogyakarta, 2008
Tidak ada komentar:
Posting Komentar