Label

Senin, 10 Maret 2014

Bentuklahan Hasil Kegiatan Erosi dan Sedimentasi

Jika proses erosi lebih cepat dari pada proses pembentukan tanah maka terjadi ketidakseimbangan pada suatu lahan.”

Erosi dan sedimentasi yang terjadi di muka bumi ini mempunyai peranan dalam pembentukan lahan (landscape), baik itu erosi yang diaktori oleh air maupun angin. Bentuklahan yang ada saat ini terbentuk melalui proses erosi dan sedimentasi yang terjadi puluhan, ratusan bahkan ribuan tahun yang lalu.
Nah, bentuklahan apa saja kah yang terbentuk oleh karena campur tangan kegiatan erosi dan sedimentasi ? Simak penjelasan di bawah ini ;

1. Bentuk lahan denudasional
Bentuklahan ini merupakan hasil kegiatan erosi air permukaan dan sungai yang menyayat atau menoreh permukaan bumi serta gerakan massa sehingga terbentuk topografi berlereng landai hingga terjal berupa daerah berelief pegunungan hingga hampir rata (peneplain) dengan bentuk dan ukuran yang pada umumnya tidak seragam dan tidak teratur.

2. Bentuklahan fluvial
Bentuklahan fluvial adalah bentuklahan yang merupakan hasil kegiatan erosi dan sedimentasi sungai. Bentuklahan ini berlereng sedang hingga datar. Beberapa contoh bentuklahan ini antara lain tubuh sungai dan danau, dataran banjir, tanggul sungai, zone point bar, backswamps, teras fluvial, kipas aluvial dan delta.


Sketsa dataran banjir (flood plain). Dataran banjir merupakan contoh bentuklahan fluvial. Dataran banjir adalah lembah di sisi-sisi sungai yang mungkin terendam ketika banjir (air tinggi). Dataran banjir terutama terbentuk dari hasil endapan sedimen di alur sungai dan pengendapan sedimen halus  pada daerah genangan waktu banjir

3. Bentuklahan aeolian
Bentuklahan aeolian terbentuk oleh proses erosi dan sedimentasi oleh angin. Beberapa contoh bentuk lahan ini ini antara lain daerah bukit pasir jenuh (saturated dune fields), daerah bukit pasir tidak jenuh (non saturated dune fields) dengan bentuk bervariasi seperti barchan, parabolik, longitudinal dan transversal, kompleks bukit pasir terisolasi, lembaran pasir (sand sheet) dengan topografi hampir datar hingga bergelombang rendah berupa kubah-kubah dan depres-depresi dangkal, reg (gurun pasir), serir (gurun kerikil). Erosi yang diaktori angin ini yang tidak dibahas di pembahasan sebelumnya mengenai bentuk-bentuk erosi, karena skala erosi oleh angin di Indonesia tidak begitu besar, hanya sebagian kecil di daerah pesisir pantai dan dampak negatif yang timbul akibat erosi oleh angin tidak terlalu signifikan. Erosi oleh angin terjadi dalam skala yang begitu besar di daerah arid atau semi arid seperti di daerah gurun atau padang pasir, misalnya di gurun Sahara atau kawasan jazirah Arab yang dominan berupa padang pasir 

Hasil kegiatan erosi sebenarnya tidak semata pada tiga bentuklahan yang sudah dijelaskan diatas namun juga pada bentuklahan lainnya, tapi pengaruhnya tidak begitu dominan, misalnya pada bentuk lahan struktural denudasional dan bentuk lahan vulkanik (denudasional). Pada bentuk lahan struktural denudasional kontrol struktul geologi, seperti lipatan kekar, sesar, dll, lebih menonjol dibandingkan proses denudasi (erosi, sedimentasi, pelapukan batuan). Sedangkan pada bentuklahan vulkanik (denudasional) ada proses denudasi, tapi kontrol vulkanismenya lebih menonjol. Contohnya di gunung api pasti terjadi erosi dan pelapukan batuan, gerakan massa,dll, yang berperan dalam bentukanlahan di kawasan gunung api, tapi kontrol vulkanisme lebih menonjol. Jika terjadi aliran lahar, otomatis terjadi erosi yang berujung pada pengendapan material, tapi aktor utamanya kontrol vulkanisme ((lahar yang dimuntahkan)
Bentuklahan yang terbentuk karena hasil proses erosi termasuk dalam bentuk lahan destruksional, yaitu bentuk lahan hasil proses geologi yang bersifat merusak. Erosi alam (geologi), prosesnya masih diimbangi oleh proses pembentukan tanah. Apabila erosi yang karena campur tangan manusia seperti penggunaan lahan (land use) yang tidak bijak, maka umumnya proses erosi tersebut lebih cepat dari pada proses pembentukan tanah, sehingga sering disebut dengan erosi yang dipercepat. Jika proses erosi lebih cepat dari pada proses pembentukan tanah maka terjadi ketidakseimbangan pada suatu lahan.
Erosi yang terjadi sangat cepat karena aktivitas manusia harus dikendalikan agar tidak berlangsung dengan cepat melalui upaya-upaya konservasi tanah dan upaya penggunaan lahan (land use) yang bijak, guna menghindari terjadinya degradasi pada suatu lahan. (*)

Sumber :
  • Diktat Mata Kualiah Geologi Fisik
  • Linsler JR, Dkk., Hidrologi Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta, 1996



Tidak ada komentar:

Posting Komentar