Hujan yang jatuh ke muka
bumi sebagian berinfiltrasi kedalam tanah menjadi air bawah dan sebagian lagi
mengalir di permukaan tanah yang sering disebut dengan aliran permukaan. Arah,
laju, dan volume aliran permukaan dipengaruhi oleh karakteristik daerah aliran
sungai (DAS).
Daerah aliran sungai
(DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai
dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan
air yang berasal dari curah hujan dan mengalir ke danau atau laut secara alami,
yang batas di darat merupakan batas pemisah topografi dan batas di laut sampai
daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 Tahun 2004). Menafsirkan DAS itu
bukan sebatas sungai utama saja (main stream), tetapi juga aliran-aliran yang
menuruni lereng-lereng bukit itu juga merupakan disebut juga daerah aliran sungai. Batas DAS adalah
punggung-punggung bukit tempat dimana hujan dan turun mengalir sebagai run off dan memberikan kontribusi ke titik
kontrol (muara sungai).
Ada beberapa faktor
karakteristik DAS yang memberi pengaruh besar bagi aliran permukaan, antara
lain :
1. Bentuk DAS
Gambar 1. Bentuk DAS
Bentuk DAS yang memanjang
dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran permukaan yang lebih kecil
dibandingkan dengan DAS yang melebar. Mengapa demikian ? Ini dipengaruhi oleh waktu
kosentrasi. Waktu kosentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air
dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan
di bagian hilir suatu saluran. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung
menghasilkan laju aliran permukaan yang cenderung yang lebih kecil dibandingkan
dengan DAS yang melebar, sehingga terjadinya konsentrasi air dititik kontrol lebih lambat
yang berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan.
2. Topografi
topografi atau relief
suatu daerah aliran memberi pengaruh cukup besar bagi aliran permukaan.
Kenampakan seperti kemiringan lahan berpengaruh terhadap kecepatan aliran dan
tentu memainkan peran dalam suatu bentuk hidrograf. DAS dengan kemiringan curam
disertai dengan parit saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume
aliran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan DAS yang landai dengan
parit yang jarang. Kerapatan parit itu berbicara mengenai reaksi DAS terhadap
curah hujan yang masuk. DAS yang kemiringannya besar dengan parit yang rapat tentu
lebih cepat mengalirkan air ke outlet dibandingkan dengan DAS yang landai
dengan parit yang jarang, sehingga tidak timbul genangan yang dapat berpotensi
menyebapkan banjir.
Gambar 2. Profil Kemiringan Sungai
Secara sederhana kemiringan saluran
sering digambarkan dalam kemiringan suatu garis, seperti terlihat pada gambar
diatas.
2. Tata guna lahan (Land Use)
Tata guna lahan (land
use) mempengaruhi jumlah dan kecepatan limpasan permukaan. Pengaruh tata guna
lahan dinyatakan dalam koefisien limpasan permukaan (C), yaitu bilangan yang
menunjukan perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah
hujan. Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator
untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS . Nilai C berkisar atanra 0 sampai 1.
Nilai C = 0 menunjukan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke
dalam tanah. Sebaliknya Nilai C =1 menunjukan bahwa semua air hujan mengalir
sebagai air permukaan.
Penerapan dalam Studi Kasus
Karakteristik DAS dan Potensi Banjir di Abepura
Gambar 3. Peta Topografi Daerah Abepura ( Sumber : DEM SRTM )
Wilayah Abepura terdiri dari
perbukitan dan dataran. Memiliki ketinggian tempat antara 0-400 Mdpl dan memiliki
kemiringan rata-rata 0-300.
Gambar 4. Peta DAS Kota Jayapura (Sumber : Laporan Pokja AMPL Kota Jayapura)
Wilayah Abepura pada peta DAS Kota
Jayapura masuk dalam DAS Sentani. Maka bisa dikatakan Sungai Acai dan
Siborogonyi adalah Sub DAS. Wilayah Abepura dialiri dua sungai utama (main
stream), yakni Sungai Acai dan Siborogonyi yang bermuara di Teluk Youtefa. Sungai
Acai memiliki panjang kurang lebih 2.245 m, lebar 12,5 meter, dan kedalamannya
4,5 meter. Sedangkan sungai Siborogonyi (Kotaraja) memiliki panjang 11.619
meter, lebar 12 meter, dan memiliki kedalaman 4,5 meter. Tata guna lahan di
wilayah Abepura secara umum 30% merupakan kawasan terbangun dan 70% dan kawasan
tak terbangun.
Gambar 5. Peta Relief yang Menunjukan Daerah Aliran Sungai Acai dan Siborogonyi (Garis Poligon Merah)
Bagimana bentuk daerah aliran bisa dlihat pada
peta relief diatas, sudah jelas bentuk relief daerah aliran Sub DAS Acai dan
Siborogonyi (batas daerah aliran garis poligon merah). Bentuk daerah aliran yang memanjang
ditambah dengan sebagian tempat landai tentu sangat potensial dilanda banjir
pada musim penghujan (banjir karena faktor alam)
Jika banyak kawasan yang selama ini
menjadi daerah resapan dikonversi menjadi kawasan terbangun tentu akan
memberikan sumbangsih pada naiknya debit saluran utama (main stream). Jika saluran
utama tidak berfungsi dengan baik karena dimensinya berkurang akibat
sedimentasi dan sampah yang mengendap di badan air tentu banjir bisa terjadi banjir di musim penghujan (banjir
karena faktor manusia).
khusus untuk Pasar Youtefa yang
sering menjadi daerah langganan banjir selain karena daerahnya landai, salah sau hal yang mempengaruhi adalah efek
aliran balik (back water effect), dimana elevasi muka air laut lebih tinggi
dari muka air sungai ketika terjadi pasang. Hal ini terkait dengan waktu
kosentrasi pada saat turun hujan dengan intensitas tinggi dan terjadi aliran banjir di sungai, jika waktu kosentrasinya lama di muara karena pengaruh back water
effect pada saat pasang, tentu air yang datang tertampung lama di muara
pembuangan dan kemungkinan sebagian akan meluap keluar saluran. (*)
Sumber :
Suripin (2004), Pengembangan Sistem Drainase Yang
Berkelanjutan. Andi Offset Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar