I.
Pendahuluan
Bentang
alam atau rona lingkungan sungai dapat berubah oleh karena aktifitas yang
dilakukan manusia, baik di dalam alur sungai maupun di sepanjang sempadan
sungai. Salah satu aktifitas yang berpotensi menyebapkan perubahan pada rona
lingkungan sungai adalah aktifitas pengalian material sungai yang masuk
kategori bahan galian golongan C. Seperti halnya yang terjadi di Sungai
Kampwolker yang berada Distrik Heram Kota Jayapura, yang dari sisi geologi wilayah
mempunyai potensi menghasilkan bahan galian C cukup besar, seperti pasir,
kerikil, batu ciping, dan batu kali.
Potensi
bahan galian ini menarik sejumlah orang untuk melakukan penggalian material
sungai. Penggalian material sungai bisa memberi dampak bagi lingkungan, secara
khusus bagi rona lingkungan sungai. Tulisan kali ini akan dibahas secara garis
besar dampak yang ditimbulkan dari adanya aktifitas penggalian material sungai
terhadap rona lingkungan sungai dengan mengangkat contoh kasus penggalian
material sungai di Sungai Kampwolker Distrik Heram Kota Jayapura.
II.
Letak Lokasi dan Jenis Bahan Galian
Gambar 1. Peta Topografi Wilayah Studi
Lokasi
galian berada di Sungai Kampwolker Distrik Heram Kota Jayapura. Sungai ini
mengalir menuruni lereng pegunungan Cycloops dari arah Utara ke Selatan dan
bermuara di Danau Sentani. Sungai ini memiliki panjang sekitar 12.446 km dan
lebar 35 m. Sedangkan kosentrasi
penggalian dan pengambilan berlangsung dalam alur sungai dengan panjang area
mencapai 2,4 km, dengan badan sungai rata-rata 30 meter, atau dengan luas
mencapai 72.000 m2.
Gambar 2. Jenis Bahan Galian
Material
sungai yang digali dan diambil di sungai Kamp.Wolker terdiri dari pasir,
kerikil, batu ciping, dan batu kali.
III.
Dampak Lingkungan
1. Terbukanya
lapangan pekerjaan
2. Tersedianya
material untuk pembangunan sarana infrastruktur
3. Berubahnya
rona lingkungan sungai, antara lain :
Gambar 3. Perubahan pada Dasar Sungai
-
Penggalian pada dasar sungai merubah
arah aliran air sungai
-
Penggalian pada dasar sungai
meninggalkan bekas lubang penggalian
-
Penggalian yang memasuki kaki tebing
sungai membuat tebing sungai tidak stabil dan rentan runtuh
-
Penggalian dan pengambilan material
sungai seperti pasir dan bongkahan batu turut meningkatkan laju dan kecepatan
air sungai pada ketika banjir sungai, karena material sungai yang belum diambil
bisa menjadi semacam barrier untuk
menghambat dan mengurangi laju dan kecepatan air
-
Dasar sungai menjadi gersang pada musim
panas karena penggalian dan pengambilan material pada dasar sungai turut menghilangkan
aliran dasar (base flow)
V.
Saran Upaya Pengendalian Dampak
Berikut ini beberapa saran atau upaya
untuk mengurangi dampak pada rona lingkungan sungai maupun dampak ikutan :
1. Penggalian dilakukan pada dasar
sungai sebaiknya tidak eksploitatif dan tidak boleh melewati lapisan perisai
dasar sungai atau sederhananya itu penggalian disesuaikan dengan kecepatan
pengendapan. Misalnya, penggalian dilakukan sedalam 1 meter dan ketika banjir
sungai lubang galian itu akan tertutup kembali (ada kesimbangan antara volume pengambilan
dan pengendapan).
2. Hindari penggalian pada alur sungai
yang miring karena akan berpotensi menyebapkan agradasi dan degradasi
(perbedaan elevasi antara satu bagian sungai dengan bagian lainnya cukup
mencolok, sehingga bisa berpotensi membuat aliran air cenderung destruktif pada
waktu banjir sungai).
3. Perlu dilakukan pemasangan bronjong
kawat dan talud pada tebing sungai guna meminimalisir terjadinya erosi tebing
dan mengurangi potensi gerakan massa tanah
4. Perlu dilakukan penghijauan (riparian strip) sekitar bantaran dan tebing
sungai
Sumber :
KEPMENLH Nomor 43 Tahun 1996 tentang Kriteria Kerusakan
Lingkaungan Bagi Usaha atau Kegiatan Penambangan Bahan Galian Golongan C jenis
Lepas di Daratan
Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 08 Tahun
2006 tentang Pedoman Penyusunan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan Hidup.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar