A.
Defenisi Limpasan Permukaan
Limpasan permukaan
merupakan sebagian dari air hujan yang mengalir di atas permukaan tanah. Jumlah
air yang menjadi limpasan sangat bergantung kepada jumlah air hujan per satuan
waktu (intensitas), keadaan penutupan tanah, topografi (terutama kemiringan lereng),
jenis tanah, dan ada atau tidaknya hujan yang terjadi sebelumnya (kadar air
tanah sebelum terjadinya hujan). Sedangkan jumlah dan kecepatan limpasan
permukaan bergantung kepada luas areal tangkapan, koefisien run off dan intensitas hujan maksimum.
Mengapa perlu dilakukan
pendugaan terhadap limpasan permukaan ? Karena limpasan permukaan dengan jumlah
dan kecepatan yang besar sering menyebapkan pemindahan atau pengangkutan massa
tanah secara besar-besaran dan berujung pada terjadinya musibah banjir di
daerah yang rendah, terutama daerah yang merupakan dataran banjir (flood plain).
Atas alasan tersebut
jumlah limpasan sangat penting untuk diketahui. Adapun tujuannya yakni ;
1
Untuk
merancang jumlah dan dimensi saluran atau struktur lainnya dalam rangka
menyimpan limpasan permukaan;
2
Untuk
mengetahui besarnya laju limpasan permukaan di suatu daerah yang digunakan
sebagai dasar untuk antisipasi penanganannya.
Informasi dasar yang dibutuhkan dalam
melakukan pendugaan yaitu :
1
Jumlah
keseluruhan air hujan yang mungkin jatuh, katakanlah setiap tahunnya. Sebaiknya
data tersebut bersumber dari data iklim untuk periode ulang yang lama, misalnya
30 tahun ke atas;
2
Laju
maksimum limpasan permukaan yang mungkin terjadi
B. Pendugaan Limpasan Permukaan
Pendugaan limpasan permukaan
bergantung pada tiga faktor yakni,
1. Jumlah maksimum curah hujan per
satuan waktu (intensitas maksimum);
2. Curah hujan yang menjadi limpasan
permukaan (nilai faktor limpasan permukaan). Besarnya nilai faktor ini bergantung
kepada topografi, kemiringan lereng, tekstur tanah, dan juga bergantung kepada
tipe penutupan tanah serta pengelolaannya;
3. Luas areal tangkapan (catchment area).
Dalam pendugaan laju
puncak limpasan permukaan setidaknya ada tiga metode yang umum digunakan yakni,
metode Rasional, metode Cook, dan metode USSCS (Biro Pelayanan Konservasi Tanah
Amerika). Namun, kali ini kita hanya akan menduga limpasan permukaan dengan
menggunakan metode Rasional yang merupakan rumus empiris yang paling tua dan
sering digunakan. Rumusnya sebagai berikut :
Q (m3/dt) = 0,278 C x I
x A
Dimana :
C= Koefisien
limpasan
I =
intensitas maksimum (mm/jam)
A= luas areal
(hektare)
C. Contoh Soal Pendugaan Limpasan Permukaan
Pembangunan umumnya
mempunyai dampak terhadap lingkungan, salah satunya dampak terhadap kondisi hidrologi
di suatu kawasan yakni terjadi kenaikan pada debit limpasan permukaan. Berikut
contoh soal dan jawabannya mengenai pendugaan limpasan permukaan yang dijelaskan dan diselesaikan secara garis besar.
Contoh soal :
Di suatu daerah tangkapan seluas
20 hektare akan dibangun pusat bisnis dan perkantoran. Sebelum dibangun kawasan
ini sebelumnya berupa hutan primer, dimana nilai koefisien limpasan permukaan (Ctp – C tanpa
proyek) 0,30 (topografi datar dan tanahnya bertekstur liat dan lempung
berdebu). Jika ketika telah selesai dibangun, 50% areal tersebut akan tertutup
oleh permukaan kedap air (bangunan,aspal, beton,dll) maka Cdp (C dengan proyek)
adalah 0,55. Apabila intensitas hujan sama, katakanlah 70 mm/jam dan luas areal
tetap sama 20 hektare maka limpasan permukaan sesudah dan sebelum proyek adalah
sebagai berikut :
·
Limpasan
Permukaan Tanpa Proyek :
Q = 0,278 x C (tanpa
proyek) x I x A
= 0,278 x 0,30 x 70 x 20
= 116,76 m3/dt
·
Limpasan
Permukaan Dengan Proyek :
Q = 0,278 x C (dengan
proyek) x I x A
= 0,278 x 0,55 x 70 x 20
= 214,06 m3/dt
·
Selisih
debit
Q = Qdp – Qtp
= 214,06 – 116,76
= 97,3 m3/dt
Dari perhitungan tersebut
terlihat bahwa sebelum ada proyek (masih hutan primer) debit limpasan permukaan
adalah 116,76 m3/dt dan setelah dilakukan pembangunan debit puncak
limpasan permukaan menjadi 214,06 m3/dt. Artinya, terjadi kenaikan
sebesar 97,3 m3/dt dari debit sebelum ada proyek (hutan primer). Hasil pendugaan
ini nantinya dijadikan acuan dalam membuat saluran drainase agar kapasitasnya melebihi
potensi banjir yang dapat terjadi (debit banjir maksimum). Langkah-langkah proses pendugaan limpasan
permukaan tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :
Sumber :
-
Rahim, SE. 2012. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka
Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara. Jakarta
-
Wesli,Ir.,2008, Drainase Perkotaan, Graha Ilmu,
Yogyakarta.
luar biasa isinya. blog mahasiswa ya. limpasan memang perlu dihitung agar akibatnya dapat diprediksi
BalasHapusNice post bang Lorens!
BalasHapusdapat pertanyaan dari dosen, kenapa disebut rumus rasional, jawabnya gimana ya
BalasHapus