Jumat, 16 Januari 2015

Pengaruh Karakteristik DAS Pada Aliran Permukaan

Hujan yang jatuh ke muka bumi sebagian berinfiltrasi kedalam tanah menjadi air bawah dan sebagian lagi mengalir di permukaan tanah yang sering disebut dengan aliran permukaan. Arah, laju, dan volume aliran permukaan dipengaruhi oleh karakteristik daerah aliran sungai (DAS).
Daerah aliran sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan dan mengalir ke danau atau laut secara alami, yang batas di darat merupakan batas pemisah topografi dan batas di laut sampai daerah perairan yang masih terpengaruh aktivitas daratan (UU No 7 Tahun 2004). Menafsirkan DAS itu bukan sebatas sungai utama saja (main stream), tetapi juga aliran-aliran yang menuruni lereng-lereng bukit itu juga merupakan disebut juga daerah aliran sungai. Batas DAS adalah punggung-punggung bukit  tempat dimana hujan dan turun mengalir sebagai run off dan memberikan kontribusi ke titik kontrol (muara sungai).
Ada beberapa faktor karakteristik DAS yang memberi pengaruh besar bagi aliran permukaan, antara lain :

 1. Bentuk DAS

Gambar 1. Bentuk DAS 

Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran permukaan yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang melebar. Mengapa demikian ? Ini dipengaruhi oleh waktu kosentrasi. Waktu kosentrasi adalah waktu yang diperlukan untuk mengalirkan air dari titik yang paling jauh pada daerah aliran ke titik kontrol yang ditentukan di bagian hilir suatu saluran. Bentuk DAS yang memanjang dan sempit cenderung menghasilkan laju aliran permukaan yang cenderung yang lebih kecil dibandingkan dengan DAS yang melebar, sehingga terjadinya konsentrasi air dititik kontrol lebih lambat yang berpengaruh pada laju dan volume aliran permukaan.

2. Topografi

topografi atau relief suatu daerah aliran memberi pengaruh cukup besar bagi aliran permukaan. Kenampakan seperti kemiringan lahan berpengaruh terhadap kecepatan aliran dan tentu memainkan peran dalam suatu bentuk hidrograf. DAS dengan kemiringan curam disertai dengan parit saluran yang rapat akan menghasilkan laju dan volume aliran permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang. Kerapatan parit itu berbicara mengenai reaksi DAS terhadap curah hujan yang masuk. DAS yang kemiringannya besar dengan parit yang rapat tentu lebih cepat mengalirkan air ke outlet dibandingkan dengan DAS yang landai dengan parit yang jarang, sehingga tidak timbul genangan yang dapat berpotensi menyebapkan banjir.
Gambar 2. Profil Kemiringan Sungai 

Secara sederhana kemiringan saluran sering digambarkan dalam kemiringan suatu garis, seperti terlihat pada gambar diatas.

2. Tata guna lahan (Land Use)

Tata guna lahan (land use) mempengaruhi jumlah dan kecepatan limpasan permukaan. Pengaruh tata guna lahan dinyatakan dalam koefisien limpasan permukaan (C), yaitu bilangan yang menunjukan perbandingan antara besarnya aliran permukaan dan besarnya curah hujan. Angka koefisien aliran permukaan ini merupakan salah satu indikator untuk menentukan kondisi fisik suatu DAS . Nilai C berkisar atanra 0 sampai 1. Nilai C = 0 menunjukan bahwa semua air hujan terintersepsi dan terinfiltrasi ke dalam tanah. Sebaliknya Nilai C =1 menunjukan bahwa semua air hujan mengalir sebagai air permukaan.

Penerapan dalam Studi Kasus

Karakteristik DAS dan Potensi Banjir di Abepura

Gambar 3. Peta Topografi Daerah Abepura ( Sumber : DEM SRTM )

Wilayah Abepura terdiri dari perbukitan dan dataran. Memiliki ketinggian tempat antara 0-400 Mdpl dan memiliki kemiringan rata-rata 0-300.

Gambar 4. Peta DAS Kota Jayapura (Sumber : Laporan Pokja AMPL Kota Jayapura)

Wilayah Abepura pada peta DAS Kota Jayapura masuk dalam DAS Sentani. Maka bisa dikatakan Sungai Acai dan Siborogonyi adalah Sub DAS. Wilayah Abepura dialiri dua sungai utama (main stream), yakni Sungai Acai dan Siborogonyi yang bermuara di Teluk Youtefa. Sungai Acai memiliki panjang kurang lebih 2.245 m, lebar 12,5 meter, dan kedalamannya 4,5 meter. Sedangkan sungai Siborogonyi (Kotaraja) memiliki panjang 11.619 meter, lebar 12 meter, dan memiliki kedalaman 4,5 meter. Tata guna lahan di wilayah Abepura secara umum 30% merupakan kawasan terbangun dan 70% dan kawasan tak terbangun.

Gambar 5. Peta Relief yang Menunjukan Daerah Aliran Sungai Acai dan Siborogonyi (Garis Poligon Merah)

 Bagimana bentuk daerah aliran bisa dlihat pada peta relief diatas, sudah jelas bentuk relief daerah aliran Sub DAS Acai dan Siborogonyi (batas daerah aliran garis poligon merah). Bentuk daerah aliran yang memanjang ditambah dengan sebagian tempat landai tentu sangat potensial dilanda banjir pada musim penghujan (banjir karena faktor alam)
Jika banyak kawasan yang selama ini menjadi daerah resapan dikonversi menjadi kawasan terbangun tentu akan memberikan sumbangsih pada naiknya debit saluran utama (main stream). Jika saluran utama tidak berfungsi dengan baik karena dimensinya berkurang akibat sedimentasi dan sampah yang mengendap di badan air tentu banjir bisa terjadi banjir di musim penghujan (banjir karena faktor manusia).
khusus untuk Pasar Youtefa yang sering menjadi daerah langganan banjir selain karena daerahnya landai, salah sau hal yang mempengaruhi adalah efek aliran balik (back water effect), dimana elevasi muka air laut lebih tinggi dari muka air sungai ketika terjadi pasang. Hal ini terkait dengan waktu kosentrasi pada saat turun hujan dengan intensitas tinggi dan terjadi aliran banjir di sungai, jika waktu kosentrasinya lama di muara karena pengaruh back water effect pada saat pasang, tentu air yang datang tertampung lama di muara pembuangan dan kemungkinan sebagian akan meluap keluar saluran. (*)

Sumber :
Suripin (2004), Pengembangan Sistem Drainase Yang Berkelanjutan. Andi Offset Yogyakarta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar