Kamis, 10 April 2014

Tahapan Perencanaan Sistem Penyediaan Air Bersih Skala Kecil (Pedesaan)

A. Pendahuluan 

Air merupakan kebutuhan dasar (basic need) bagi kehidupan manusia, karena air merupakan gizi makro yang sangat penting. Air berfungsi sebagai sumber asupan mineral, mengatur suhu tubuh, pembentuk cairan darah, pembentuk sel, dan melancarkan pencernaan.
Air bersih adalah salah satu jenis sumber daya berbasis air yang bermutu baik dan biasa dimanfaatkan oleh manusia untuk dikonsumsi atau dalam melakukan aktivitas mereka sehari termasuk untuk konsumsi air minum.
Namun kenyataan kelangkaan air bersih terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia khususnya di daerah pedesaan yang tidak terjangkau layanan PDAM. Ada sejumlah faktor penyebap mengapa sampai sejumlah desa atau kampung mengalami kelangkaan air, misalnya: sumber air yang jauh dari pemukiman penduduk, air yang keruh dan berasa asam karena wilayahnya berupa rawa, atau juga karena faktor topografi dimana sumber air berada dalam gua perbukitan yang elevasinya lebih rendah dari pemukiman penduduk  (daerah pelayanan) sehingga air tidak bisa dialirkan secara gravitasi, dll.
Melihat layanan PDAM yang lebih terkosentrasi di wilayah perkotaan, maka untuk penyediaan air bersih di daerah pedesaan atau kampung bisa dilakukan dengan membuat program penyediaan air bersih secara partisipatif (skala kecil) dengan mengandalkan sumbangan sukarela dari warganya atau menyisihkan sebagian dana bantuan dari program PROSPEK, PNPM Mandiri, alokasi dana kampung (ADK), serta dana bantuan lainnya . Sistem penyediaan air bersih yang akan di bangun pada wilayah pedesaan atau kampung lebih dikonsentrasikan pada sistem komunal bukan individu serta menggunakan teknologi tepat guna yang berbiaya rendah dalam operasi dan pemeliharaannya.

B. Tahapan Perencanaan SPAB 

1. Pemilihan Sumber Air Baku
Air baku adalah air yang berasal dari sumber air yang perlu atau tidak perlu diolah menjadi air bersih. Dalam memilih sumber air baku yang berpotensi baik dari segi kualitas maupun kuantitas (mata air, air tanah, air hujan, air permukaan). Ketika mencari dan memilih sumber air baku, carilah sumber air yang nantinya bisa diinput teknologi sederhana yang mengedepankan pengaliran air secara gravitasi, serta ketika dioperasikan perawatannya mudah dan murah. Misalnya cari sumber mata air yang elevasinya lebih tinggi dari pemukiman penduduk (daerah pelayanan), supaya air bisa dialirkan secara gravitasi.
Kendala akan dihadapi apabila sumber air baku elevasinya lebih rendah dari pemukiman penduduk (daerah pelayanan), pasti butuh bantuan pompa untuk mengangkat air. Jika menggunakan pompa, pasti butuh listrik dan bagaimana kalau di desa tidak ada listrik, pasti teknologi yang digunakan semakin rumit dan anggaran yang dibutuhkan cukup besar. Misalnya sumber mata air (air baku) berada dalam gua perbukitan yang elevasinya lebih rendah dari pemukiman penduduk yang belum dialiri listrik dari gardu induk PLN, alternatifnya bisa dengan instalasi listrik tenaga matahari (panel surya) untuk mengangkat air ke permukaan, tapi biayanya lebih besar dibandingkan sistem gravitasi.
2. Pengukuran Debit (Kuantitas)
Cek kuantitas sumber air, misalnya sumber air permukaan (sungai, mata air, dll). Cek kuantitas air sungai, jika tidak ada air atau kering pada musim kemarau panjang, maka sungai tidak dapat digunakan sebagai sumber air.
Cek kuantitas air sungai sungai, jika sungai tidak pernah kering dan tersedianya data hasil pengkuran debit minimum pada musim kemarau panjang, maka sungai dapat digunakan sebagai sumber air.
3. Pengukuran Kualitas Air Sungai
Pengukuran kualitas air baku dilakukan di laboratorium, kemudian hasilnya dibandingkan dengan standar kualitas yang berlaku, sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan 907/Menkes/SK/VII/2002. Jika kualitasnya di bawah standar, akan menjadi bahan evaluasi untuk memilih kira-kira teknologi tepat guna seperti apa yang bisa digunakan untuk meningkatkan kualitas air sehingga layak untuk dikonsumsi penduduk.
4. Penentuan Jumlah Penduduk dan Kepadatan Penduduk
Data jumlah penduduk dan kepadatan penduduk dipakai untuk menentukan daerah pelayanan.
5. Menghitung Kebutuhan Air Bersih
Kebutuhan air total dihitung berdasarkan jumlah pemakai air yang telah diproyeksikan untuk beberapa tahun mendatang dan kebutuhan rata-rata setiap pemakai dengan setelah ditambahkan 20% faktor kehilangan air (kebocoran). Kebutuhan total ini dipakai untuk mengecek apakah sumber air yang dipilih dapat digunakan. Kebutuhan air bersih ini didasarkan atas pelayanan dengan menggunakan Hidran Umum (HU).
6. Menentukan Sistem Pengolahan Air Bersih
Dalam menentukan sistem pengolahan air bersih di pedesaan akan tergantung oleh kualitas sumber air baku, namun demikian pada umumnya diusahakan harus sederhana, murah dalam biaya pembangunan, operasional dan pemeliharaannya.

C. Contoh Perhitungan dengan Permisalan Kasus
Suatu sumber mata air (sumber air baku) yang dari segi kualitas baik, setelah dilakukan pengukuran diketahui memiliki debit 5 liter/detik. Direncanakan sumber air ini akan melayani kampung B yang memiliki jumlah penduduk pada tahun 2014 adalah 350 jiwa dengan pertumbuhan penduduk sebesar 1,2 % per tahun. Asumsi kebutuhan air bersih penduduk 60 liter/orang/hari (skala komunal), dengan tahun perencanaan sampai 2020. Apakah sumber mata air tersebut layak dan mampu memenuhi kebutuhan air bersih warga kampung B dalam kurun waktu yang sudah direncanakan dan tentukan sistem pengolahan air bersih yang cocok ?
Jawab :
*) Hitung proyeksi jumlah penduduk tahun rencana 2020
Pn = Po (1+r)n
= 350 (1 + 0,012)6
= 350 (1,012)6
= 376 orang
*) Hitung kebutuhan air bersih, Qmd
Qmd = Pn X q X fmd
Qmd = 376 x 60 liter/orang/hari x 1,05
= 23688 l/hari
= 0,27 l/detik
*) Hitung kebutuhan total air bersih, Qt
Qt = 0,27 l/detik X 100/80
= 0,3375 l/detik
*) Bandingkan dengan debit sumber mata air (air baku)
Kebutuhan total air bersih 0,3375 liter/detik atau sekitar 29.160 liter/hari. Sedangkan sumber air baku (mata air) menghasilkan 5 liter/detik atau 432.000 liter/hari dan antara debit yang dihasilkan mata air dengan kebutuhan total air bersih ada surplus sekitar 402.840 liter/hari.
*) Tentukan sistem pengolahan air bersih
Dalam menentukan Sistem pengolahan air bersih pedesaan (SPAB) akan tergantung oleh kualitas sumber air baku. Berdasarkan pengalaman dan SPAB yang ada di pedesaan , instalasi pengolahan umum yang ada dan digunakan sebagai berikut :
a. Bangunan Intake (Penyadap)
Berupa pipa sadap (PVC/Gl) yang dihitung :



b. Bangunan Penampung
Volume bak penampung   = waktu detensi (td) x Q
                                        = 3 jam x 0,3375 l/detik
                                        = 4 m3
Dimensi bak penampung :
                                 Panjang     = 2,0 meter
                                 Lebar        = 2,0 meter
                                 Tinggi        = 1,5 meter
c. Bangunan Saringan Pasir Lambat (SPL)
Luas Permukaan (A) = Qt /v filtrasi = 0,3375 l/dt  / 0,3 m3/m2/dt = 4,5 cm2
Jumlah unit bangunan SPL = 2 unit
                                        = 4,5/2 = 2,25 m2
Dimensi SPL :  Panjang = 2,25 meter
                       Lebar    = 1 meter
                       Tinggi    = 1 meter
                       Tinggi media filter (pasir ) = 0,75 meter
                       Efective Size (ES) = 0,15 – 0,35 mm
d. Bangunan Hidran Umum/Kran Umum (HU/KU)
Bangunan Hidran umum cara perhitungannya sama dengan bak penampung, sehingga dimensinya sama 4 m3, mengingat jarak maksimum antara hidran umum maksimum 200 meter, maka untuk jumlah penduduk 376 jiwa diperkirakan dapat dilayani oleh 2 unit hidran umum dengan volume masing-masing HU 2 m3.

Gambar Alur Sistem Penyediaan Air Bersih (SPAB)

D. Saran
Air bersih sangat dibutuhkan oleh manusia karena merupakan kebutuhan dasar (basic need), diharapkan pemerintah perlu memperhatikan masalah penyediaan air bersih dan air minum, khususnya di daerah pedesaan atau di kampung-kampung melalui program percepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Tingkat pemenuhan air minum merupakan salah satu target dalam MDGs 2015 (millennium development goals) atau tujuan pembangunan milenium. MDGs masih tersisa satu tahun lagi, oleh karena itu sangat diharapkan juga pemerintah membuat program pembangunan yang langsung menyentuh kebutuhan dasar masyarakat (basic need), agar sejumlah target dalam MDGs untuk Indonesia sebisa mungkin terealisasi. (*)

Sumber Pustaka
Petunjuk Praktis Perencanaan Pembangunan Sistem Penyediaan Air Bersih Pedesaan. Departemen Pekerjaan Umum, Direktorat Jenderal Cipta Karya.



2 komentar: