Jumat, 07 Maret 2014

Persamaan dalam Pendugaan Sedimen dari Suatu DAS

Tidak ada satu persamaan yang bisa diaplikasikan untuk semua kondisi, sehingga perlu dipilih persamaan yang spesifik dan sesuai dengan lokasi yang akan diteliti.”



Perhitungan yang lengkap terhadap muatan total sedimen maupun transpor sedimen dengan memasukan sejumlah faktor penyebap sukar dilakukan, sehingga perlu dilakukan pendugaan-pendugaan (asumsi). Tentu pendugaan tersebut bukan sebuah asumsi belaka, tapi berpijak pada persamaan-persamaan yang merupakan representasi dari beberapa variabel yang mempengaruhi jumlah sedimen yang dihasilkan dari suatu DAS.
Transpor sedimen di sungai-sungai itu bergantung pada banyak variabel yang saling berhubungan. Tidak ada satu persamaan yang bisa diaplikasikan untuk semua kondisi, sehingga perlu dipilih persamaan yang spesifik dan sesuai dengan lokasi yang akan diobservasi dan faktor ketersediaan data perlu juga dipertimbangkan. Simons dan Senturk 1992 dalam Kodoatie dan Sjarief 2008, berdasarkan pengalaman laboratorium dan lapangan yang luas, menyajikan rekomendasi yang harus dipertimbangkan dalam analisis transpor sedimen. Beberapa rekomendasinya meliputi :
1        Selidiki persamaan transpor sedimen yang tersedia dan tentukan yang paling baik untuk suatu sistem sungai yang spesifik.
2        Hitung laju sedimen dengan persamaa-persamaan tersebut dan hasilnya dibandingkan data pengukuran di lapangan.
3        Pilih persamaan yang hasilnya paling mendekati dengan observasi lapangan dan bila tersedia data yang cukup, perbaiki persamaan tersebut supaya bisa spesifik pada lokasi yang diobservasi.

A. Muatan Sedimen Total

Muatan sedimen total dapat dibagi menjadi tiga, yaitu (Julien, 1995 dalam Kodoatie & Sjarief, 2008) :
1        Berdasarkan tipe gerakan: LT = Lb + Ls
2        Berdasarkan metode pengukuran: LT = Lm + Lu
3        Berdasarkan sumber sedimen: LT = Lw + Lbm
Dimana :
LT  = muatan total
Lb = muatan dasar (bed load) yang didefenisikan sebagai transportasi dari partikel-partikel sedimen yang berdekatan atau tetap melakukan kontak dengan dasar sedimen.
Ls =  muatan melayang (suspended load) didefenisikan sebagai transpor sedimen melayang yang melalui sebuah potongan sungai di atas lapisan dasar.
Lm = sedimen terukur (measured sediment)
Lu = sedimen tidak terukur (unmeasured sediment) yaitu jumlah dari muatan dasar dan fraksi (bagian) dari muatan melayang di bawah elevasi pengambilan sampel terendah.
Lw = muatan terhanyutkan (wash load) yang merupakan partikel-partikel halus (fine particles) tidak ditemukan dalam material dasar.
Lbm = kapasitas terbatas dari muatan material dasar.

B. Pendungaan Besar Sedimen dengan Pendekatan SDR

Pendugaan besar sedimen dengan Pendekatan Nisbah Pelepasan Sedimen (SDR) atau Sediment Delivery Ratio. SDR adalah perbandingan antara sedimen yang dihasilkan dengan erosi lahan, dengan kata lain bahwa tanah yang tererosi tidak semuanya masuk ke sungai dan menjadi angkutan sedimen. Weischmeier dan Smith (1965):


S          = Kemiringan lereng (%)
A          = Luas DAS
n          = Koefisien kekasaran manning
α          = 0,8683216132
B          = -0,218621338

C. Pendugaan Laju Sedimentasi Potensial

Sedimentasi potensial adalah proses pengangkutan sedimen hasil dari proses erosi potensial untuk diendapkan di jaringan irigasi dan lahan persawahan atau tempat-tempat tertentu.
Pendugaan laju sedimen potensial yang terjadi di suatu DAS dihitung dengan persamaan Weischmeier dan Smith, 1958 sebagai berikut :

        
          S-pot  =  E-Akt  x  SDR


dimana :
SDR   =  Sedimen Delivery Ratio
S-pot  =  Sedimentasi potensial
E-Akt  =  Erosi aktual

Contoh kasus: aktivitas pendulangan emas secara tradisional di Perbukitan Polimak IV Jayapura. Tanah sisa hasil pendulangan (ampas) yang dibuang ke saluran dapat meningkatkan jumlah transpor sedimen dan akan berdampak pada mendangkalnya saluran serta turunnya kualitas air (keruh).

Kenyataan di lapangan sangat jarang ditemukan suatu sungai tanpa gangguan, baik itu gangguan berupa sedimentasi, sampah maupun gangguan yang timbul karena aktivitas manusia yang dapat mengganggu fungsi sungai. Oleh karena itu perlu diciptakan suatu kondisi yang seimbang dengan tidak melakukan tindakan atau aktivitas yang dapat mengganggu fungsi sungai dan lingkungan DAS pada umumnya. (*)

Sumber Pustaka :
Kodoatie & Sjarief., Pengelolaan Sumber Daya Air Terpadu, Andi, Yogyakarta, 2008
Linsler JR, Dkk., Hidrologi Untuk Insinyur, Erlangga, Jakarta, 1996

Sumber Gambar :
Dokumentasi Penulis, 2012


Tidak ada komentar:

Posting Komentar