Senin, 12 November 2012

Tata Guna Lahan dan Air Limpasan (run-off)




Beberapa hari yang lalu kita pernah membahas tata ruang hijau, sempat kita menyinggung ruang terbuka hijau. Apakah ruang terbuka hijau itu penting ? Relatif.
Nah, kita sudah tahu bersama fungsi dari pepohonan. Selain sebagai penyuplai oksigen, pohon juga dapat berfungsi menahan tanah agar tidak mengalami erosi dan juga pohon dapat berfungsi untuk mengurangi air limpasan (run off). Artinya, laju infiltrasi air ke dalam tanah akan lebih cepat atau sebagian air diisap oleh akar pohon.
Kalau kita lihat kenyataan yang ada di perkotaan, sangat minim sekali ruang terbuka hijau. Banyak gedung bertingkat, banyak jalan aspal, beton, dll, jarang ada tanah kosong. Ibaratnya cari cacing tanah di daerah perkotaan yang padat penduduk yang kebanyakan lahannya  sudah terbangun, sangat susah. Bagaimana air hujan mau berinfiltrasi kedalam tanah, kalau semuanya beton. Coba Anda bayangkan, kalau terjadi hujan selama 24 jam, pasti air akan lama berinfiltrasi dan kalau hujan tidak berhenti otomatis akan terjadi genangan, akan tambah parah kalau saluran drainasenya tersumbat, bisa dipastikan akan terjadi banjir.
Jadi, bagi Anda yang bermukim di dekat jalan raya atau kompleks padat penduduk, sebaiknya tanahnya jangan di cor dengan semen semuanya, biarkan ada sebagian tanah yang tersisa untuk ditanami pohon, agar air dapat berinfiltrasi dengan cepat kedalam tanah dan air limpasan pun berkurang dan sebagian lagi dengan akan cepat turun kedalam saluran drainase.
Ada saling keterkaitan antara ruang terbuka hijau, tata guna lahan dan run off. Jika banyak ruang terbuka hijau tentu aliran run off sedikit dikurangi, karena sebagian meresap kedalam tanah dan sebagian lagi mengalir kedalam saluran drainase. Tata guna lahan juga terkait dengan drainase. Drainase kan merupakan sebuah sistem yang dibuat untuk menangani persoalan kelebihan air. Akan masalah kalau terjadi hujan besar dengan durasi waktu yang lama dan drainase yang dibuat tidak mampu menampung debit banjir, pasti air akan meluap dan terjadi banjir. Idealnya ada hutan atau RTH, sehingga di bagi debit sekian masuk kedalam tanah dan debit sekian masuk ke got, pasti air banjir tidak melampaui kapasitas daya tampung got.
Dalam perencanaan drainase perkotaan juga diperhitungkan tata guna lahan di daerah tangkapan. Jika air hujan turun dari gunung, sementara lahan di perkotaan sudah terbangun dan drainasenya juga penuh dengan sampah, bisa dipastikan akan terjadi banjir. Dalam perhitungan debit banjir untuk membuat sebuah got juga diperhitungkan koefisien limpasan (run-off), karakter permukaan aspal berapa, karakter permukaan beton berapa, agar air hujan itu cepat mengalir kedalam got atau sungai (saluran primer), agar tidak terjadi genangan.
Berdasarkan realita, tata guna lahan itu dibuat secara garis besar, misalnya perumahan berapa hektar, kantor pemerintahan berapa hektar, lapangan olahraga berapa hektar,dll. Tidak dihitung secara detail, ini ada pohon, ini lapangan bola, ini aspal, ini beton, ini pohon pinang, ini ada rumah, ini toko banguan, ini puskesmas, ini kios, ini kebun singkong, dll. Maka, dari itu solusinya lebih efektif dengan cara menyediakan ruang terbuka hijau atau menanam pohon di pekarangan rumah masing-masing, agar ada garansi air cepat meresap kedalam tanah. Artinya, dibagi 50% air hujan masuk kedalam tanah dan 50% masuk kedalam sungai atau got. Jangan terbalik, 20% masuk kedalam tanah dan 80% run off, sedangkan daya tampung got atau sungai hanya 50%, bisa dipastikan 30% dari 80% ini meluap dan terjadi banjir. Sederhananya. seperti itu, maaf kalau penulis salah. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar