Jumat, 30 November 2012

Agradasi dan Degradasi



Seperti yang kita ketahui bersama bahwa tanah hasil erosi akan diendapakan di sungai, waduk, kali, saluran drainase atau badan-badan air lainnya. Tanah yang diendapkan ini yang disebut dengan sedimen.
Sedimen bergerak di dalam sungai sebagai sedimen tersuspensi (suspended sediment) dalam air yang mengalir dan sebagai muatan dasar atau (bed load ) bergeser atau menggelinding sepanjang dasar saluran serta juga bergerak dalam bentuk loncatan (saltation) yaitu, gerakan partikel yang kelihatannya melenting di sepanjang dasar saluran. Kalau bed load itu transportasi dari partikel-partikel sedimen yang masih ada kontak dengan dasar saluran sedangkan sedimen tersuspensi itu tidak melakukan kontak dengan dasar saluran, tapi ikut terlarut bersama air (larutan). Contohnya Anda lihat air yang keruh ketika banjir, butiran-butiran tanah sudah terlarut bersama air.
Kalau sedimen tersuspensi membuat air menjadi keruh sedangkan muatan dasar (bed load) sudah kita ketahui bahwa akan terakumulasi dan membuat saluran air menjadi dangkal. Sedimen ini akan mengendap di bagian sungai yang landai yang kecepatan aliran airnya lambat. Ini sudah kita lihat bersama dalam program noramalisasi sungai dimana alat berat mengeruk sedimen (bed load) agar sungai tidak mengalami pendangkalan. Kasus seperti itu kita sebut dengan agradasi atau peninggian dasar sungai.
Selain agradasi, ada satu hal lain yang perlu kita ketahui terkait dengan sedimen yaitu degradasi. Degradasi adalah penurunan dasar sungai dalam arah memanjang pada suatu bagian sungai. Agar lebih paham Anda bisa melihat ilustrasinya pada gambar di bawah ini. 



Dari A ke B merupakan bagian sungai yang landai sehingga kecepan aliran air lambat dan sedimen pun mengendap dari titik A ke B. Akumulasi sedimen dari titik A sampai B membuat dasar sungai semakin meninggi. Apabila hal ini terjadi tentu akan terjadi perbedaaan tinggi (elevasi) antara bagian sungai yang satu dengan yang lain, yakni bagian C dan D. Jika hal ini terjadi akan terbentuk kemiringan (slope ) pada dasar sungai dan gradien sungai pun akan semakin besar. Jika gradien sungai bertambah tentu kecepatan aliran sungai juga bertambah besar.
Suplai sedimen di titik C dan B kecil akibat dari kemampuan transport sedimen yang besar akibat dari kecepatan aliran sungai yang besar karena dipengaruhi gradien yang besar pula, sehingga terjadi degradasi atau gerusan pada dasar sungai.
Konsep dasarnya begini, kalau suplai sedimen besar dari kemampun transpor maka akan terjadi agradasi. Sedangkan kalau suplai sedimen lebih kecil dari kemampuan transpor akan terjadi degradasi. Kemampuan transpor sendiri dipengaruhi oleh debit, kecepatan aliran rata-rata, kemiringan (slope), tegangan geser dan karakteristik sedimen.
Agar tidak terjadi agradasi dan degradasi harus diciptakan kondisi seimbang dalam suatu sungai. Kondisi seimbang akan terjadi apabila suplai sedimen (dominan dari DAS) sama dengan kapasitas transport sedimen sistem sungai. Ibarat saluran pencernaan, makanan akan tercerna dengan baik apabila kita mengkonsumsi air yang cukup, jangan sampai kita makan banyak tapi kurang minum air, sehingga terjadi dehidrasi. (*)

( Sumber : Robert J. Kondoatie, Ph.D. dan Roestam Sjarief, Ph.D / Pengelolaan Sumber Daya Air/2008, Andi Yogyakarta )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar