Kamis, 09 Februari 2012

Warna Kostum Kiper dan Peluang Gol


Pasti sebagian diantara para pembaca khususnya para pria pernah mengikuti tournamet sepakbola, baik di level profesional maupun tarkam (tarikan kampung). Ketika kita bermain di partai puncak dan terjadi hasil imbang maka akan dilakukan adu tendangan penalti untuk mencari pemenangnya, pasti para pelatih akan memilih para sniper untuk mengeksekusi tendangan penalti. Biasanya gol kemungkinan besar akan terjadi karena beberapa faktor, antara lain eksekutor yang handal, penjaga gawang dan faktor luck.


Namun, tahukah Anda ada salah satu faktor lain juga yang mempengaruhi hasil tendangan penalti, yaitu kostum penjaga gawang. Percayakah Anda jika warna kostum penjaga gawang dapat mempengaruhi hasil tendangan penalti ? Boleh percaya atau tidak, tetapi begitulah temuan studi lain Greenlees dari Universitas Chichester, Inggris.
Greenless mempelajari kinerja dan prediksi keberhasilan 40 pemain bola universitas melesakan bola ke gawang saat berhadapan dengan kiper yang berkostum warna berbeda-beda. Setiap pemain diberi jatah 20 tendangan penalti. Sepuluh tendangan saat berhadapan dengan kiper berkostum garis-garis hitam. Sisanya saat mereka berhadapan dengan penjaga gawang berbaju garis-garis warna biru, kuning, hijau atau merah.
Sebelum partisipan melakukan tendangan, mereka diminta memperkirakan berapa gol yang akan mereka catat dan mengukur seberapa yakin mereka dengan prediksi itu. Warna kostum kiper memang tidak mempengaruhi prediksi para pemain. Tetapi tingkat keberhasilan penalti paling rendah tercatat saat kiper mengenakan kostum merah (54%), disusul kuning (69%), biru (72%), dan hijau (75%).
Temuan-temuan ini mendukung gagasan bahwa kostum merah dapat memberi keuntungan kecil, tetapi bermakna dalam sebuah kompetisi bagi pemain atau tim. Walaupun warna merah kemungkinan gol -nya hanya 54% namun di banyak liga, baik domestik maupun mancanegara kostum tim kebanyakan ada warna merahnya. Ada yang dominan warna merah maupun tidak, contohnya kostum tim kebangaan masyarakat Papua Persipura Jayapura ada warna merahnya juga. (*)

Minggu, 05 Februari 2012

Apakah Yang Akan Terjadi Jika Memakai ABT Secara Eksploitatif ?


Pada hari ini kita akan membahas topik yang menarik yaitu air bawah tanah atau air bawah permukaan. Jika kita melihat dinamika pembangunan yang berkembang cukup pesat di Kota Jayapura saat ini, tentu kebutuhan air bersih akan meningkat seiring bertambahnya jumlah penduduk. Suplai air bersih dari beberapa sumber air (intake) PDAM tidak mampu mencukupi kebutuhan air bersih bagi warga Kota Jayapura.
Kalau kita melakukan survey kebanyakan warga di Kota di kota ini, selain menggunakan air yang bersumber dari PDAM mereka juga menggunakan air bawah tanah. Lihat saja bangunan hotel, restoran, rumah-rumah penduduk mengambil dan memanfaatkan air bawah tanah. Air bawah tanah sendiri adalah semua air yang terdapat dalam lapisan mengandung air dibawah permukaan tanah termasuk yang muncul secara alamiah diatas permukaan.
Pemakaian air bawah tanah secara berlebihan dapat berakibat pada penurunan muka air tanah. Muka air tanah sendiri adalah dua lajur dibawah permukaan utama dibagi oleh suatu permukaan yang tak beraturan. Muka air tanah merupakan kedudukan titik-titik (di dalam tanah yang tidak tertekan) yang tekanan hidrostatiknya sama dengan tekanan atmosfer. Formasi geologis yang mengandung air dan memindahkannya dari satu titik ke titik yang lain dalam jumlah yang mencukupi untuk pengembangan ekonomi disebut suatu lapisan pembawa air akuifer. Kebalikannya disebut lapisan kedap air (akuiklud), yaitu suatu formasi yang berisi air tetapi tidak dapat memindahkannya dengan cukup cepat untuk melengkapi persediaan yang berarti pada sumur atau mata air.

 Sketsa Profil Air Tanah 

Nah, sekarang kita masuk pada sumber-sumber air tanah. Hampir semua air tanah merupkan air meteorik (meteoric water) yang berasal dari hujan. Air tersekap (connate water) terdapat pada batuan pada pembentukannya dan seringkali banyak mengandung garam.

 Ilustrasi penurunan muka tanah akibat eksploitasi air bawah tanah secara besar-besaran yang berakibat pada miringnya rumah


Tahukah Anda, apabila eksploitasi air bawah tanah dilakukan secara besar-besaran  cepat atau lambat akan menyebapkan kerusakan lingkungan. Sebap akan terjadi rongga-rongga dibawah tanah yang suatu saat akan terjadi patahan-patahan yang pada akhirnya dapat menyebapkan kerugian di masyarakat. Contohnya, kalau ada patahan atau spase yang kosong dalam pori-pori tanah bisa saja terjadi penurunan muka tanah (subsidence) yang akan berakibat pada miringnya bangunan bahkan bisa roboh juga, amblesan tanah  juga bisa terjadi di jalan raya. Pengambilan ABT di pinggir jalan sangat tidak dibenarkan sebap melanggar aturan, sebap aktivitas ini dapat merusak badan jalan dan lingkungan sekitarnya.

 Jalan Raya Yang Ambles Akibat Pemakaian Air Bawah Tanah Secara Eksploitatif

Dalam memanfaatkan air bawah tanah hendaknya masyarakat di Kota Jayapura harus mengacu pada peraturan yang ada dan hendaknya juga membayar pajak, seperti yang tertera dalam Peraturan Daerah Provinsi Papua Nomor 11 tahun 2002. Mengapa kita harus membayar pajak ? Karena pajak yang kita bayar akan digunakan untuk membiayai pembangunan daerah. (*LRK/berbagai sumber*)