Rabu, 14 Desember 2011

Penanganan Limbah Plastik


Pada beberapa hari lalu Kita telah membahas pengaruh sampah plastik terhadap ekosistem perairan, sekarang kita akan membahas penanganan limbah plastik.


Sekitar 20% volume sampah perkotaan berupa limbah plastik, kita bisa lihat di Kota Jayapura ketika truk kuning yang merupakan armada pengangkut sampah milik DKP Kota Jayapura mengangkut sampah-sampah yang kebanyakan berupa sampah plastk, sampah-sampah plastik yang sampai ke TPA tidak dapat diuraikan oleh mikroorganisme, bisa dibayangkan jika sampah plastik ini tidak terurai otomatis akan berpengaruh terhadap masa pakai TPA Nafri, apalagi jumlah penduduk di Kota Jayapura tambah banyak maka sampah yang akan dihasilkan juga banyak sementara lahan di kota ini juga terbatas.


Meskipun tidak beracun, limbah plastik dapat menyebapkan pencemaran tanah, selain merusak pemandangan. Untuk itu kita harus berpikir bagaimana mengurangi limbah plastik. Beberapa cara yang dapat ditempuh dalam mengatasi limbah plastik sebagai berikut :
  1. Daur ulang, penanganan limbah plastik yang paling ideal adalah dengan mendaur ulang. Akan tetapi, hal itu tampaknya tidak mudah dijalankan proses daur ulang melalui tahap-tahap pengumpulan, pemisahan (sortir), pelelehan dan pembentukan ulang. Tahapan paling sulit adalah pengumpulan dan pemisahan. Anda pernah melihat pemulung yang memungut botol plastik di sepanjang  wilayah Kota Jayapura, dari hasil wawancara yang saya lakukan, pemulung ini membawa botol-botol plastik lalu di cacah (potong kecil-kecil) menggunakan mesin, lalu kalau sudah banyak mereka masukan dalam kontainer  terus mereka kirim ke Surabaya. Kalau dilihat ini potensi PAD, mengapa kita tidak buat pabrik pengolahan sampah plastik, kita bisa beli mesinya lalu kita proses sampai pada tahap pencacahan lalu kita jual ke pabrik daur ulang, kita bisa berdayakan pemulung, anak-anak aibon dan anak-anak jalanan untuk mengumpul sampah-sampah ini.
  2. Incinerasi, cara lain untuk mengatasi limbah plastik adalah dengan membakarnya pada suhu tinggi (incinerasi). Limbah plastik mempunyai nilai kalor yang tinggi, sehingga dapat digunakan untuk pembangkit listrik. Namun pembakaran menimbulkan masalah baru, yaitu pencemaran udara. Pembakaran plastik seperti PVC menghasilkan gas HCl yang bersifat racun. Kita juga punya kebiasaan membakar sampah, tahukah Anda sampah plastik yang dibakar dapat menghasilkan bahan beracun berbahaya. Plastik mengandung ikatan hidrokarbon. Hidrokarbon di udara akan bereaksi dengan bahan-bahan lain membentuk ikatan baru yang disebut policylic aromatic hydrocarbon (PAH) yang banyak terdapat di daerah industri dan daerah-daerah padat lalu-lintas. Ikatan PAH di dalam paru-paru bisa merangsang tumbuhnya sel kanker.
  3. Plastik biodegradable, sekitar separo dari penggunaan plastik adalah untuk kemasan. Sangat baik jika kita menggunakan plastik yang bio- atau fotodegradabel. Kebanyakan plastik biodegradabel berbahan dasar zat tepung. Sampah bioplastik di tanah akan dimakan mikroorganisme dan benar  - benar hancur dalam waktu 80 hari. Sayangnya plastik jenis ini lebih mahal dan kelihatannya masyarakat malas untuk membayar lebih, orang lebih sayang uangnya daripada sayang bumi.
  4. Reuse atau menggunakan kembali, jadi initinya cara ini menekankan penggunaan ulang, misalnya botol air mineral kita gunakan kembali, contohnya Anda yang pernah nonton bola di Mandala pernah lihat orang jual sirup aneka warna yang diisi dalam botol vit bekas contohnya seperti itu. Selain itu, kita bisa gunakan sampah plastik ini untuk membuat aneka kerajinan tangan yang bernilai ekonomis, ya semua tergantung dari ide dan kreatifitas kita saja, tentu ini menarik sampah plastik teratasi dan kita pun mendapat penghasilan tambahan. Itu yang dinamakan sampah pun bisa menghasilkan uang.

Jadi seperti itulah cerita kita kali ini, semoga topik yang telah kita bahas berguna bagi pembaca sekalian 

(*LRK/berbagai sumber*)

Sabtu, 26 November 2011

Kupu-Kupu

Tanah Papua merupakan tanah yang sangat kaya akan keanekaragaman hayatinya (biodiversity), termasuk kaya akan spesies serangga (insect) salah satu yang masuk dalam kelompok ini adalah kupu-kupu (butterfly).
Tahukah Anda bahwa dataran Tanah Papua kini memiliki 105 spesies kupu-kupu, dari jumlah itu 69 spesies merupakan endemic Papua yang artinya tidak bisa berkembang di daerah lain di Indonesia bahkan dunia. 

Jenis kupu-kupu ini ditemukan di Pegunungan Foja Mamberamo dan Pegunungan Arfak Kabupaten Manokwari Provinsi Papua Barat, kupu-kupu yang terdapat di daerah ini umumnya berwarna putih. Tentu ini merupakan sebuah kekayaan yang sangat berharga dan merupakan kebanggan tersendiri bagi kita yang mendiami pulau Papua. Kita harus menjaga aset yang berharga ini agar tidak punah.
Namun kali ini kita tidak membahas jenis-jenis kupu-kupu dan nomenklaturnya, karena saya juga tidak mengerti hal yang terkait aspek biologis, tapi kini kita akan melihat hubungan antara kupu-kupu dan perubahan iklim. Ada satu fakta menarik ketika penulis membaca sebuah artikel di salah satu koran, ternyata perubahan iklim membawa dampak positif, karena memicu munculnya lagi spesies kupu-kupu biru besar yang punah dari daratan mereka sejak 1979, ini ibarat reinkarnasi. Kok bisa ya ? Berikut penulis akan share kepada Anda tentang artikel yang penulis baru baca.
Karena rentang hidup dan perkembangbiakan mereka relatif singkat sehingga jenis serangga ini dipakai untuk riset yang terkait dengan perubahan iklim. Menurut Arthur Shaphiro dari kampus UC Davis Amerika Serikat, salah satu dampak iklim yang paling kelihatan yakni memanasnya suhu telah membuat waktu pembiakan sejumlah spesies kupu-kupu maju. Perubahan iklim membuat beberapa spesies muncul lebih awal tiga minggu dari jadwal kemunculan mereka tiga dekade terakhir.
Simpelnya, ini ibarat bayi yang lahir prematur, artinya 8 bulan sudah lahir dari target awalnya 9 bulan. Paul Kirkland dari Butterfly Conservation sudah lama ia mengingatkan bahwa memanasnya suhu Bumi bisa memunculkan kembali kondisi bersahabat bagi sejumlah spesies kupu-kupu yang telah punah. Kupu-kupu merupakan salah satu dari sekian spesies yang bisa menunjukan gejala awal dampak perubahan iklim. Kemunculan atau kepunahan mereka bisa mengindikasikan derajat perubahan dalam sebuah ekosistem. Jadi kupu-kupu ini  sebagai indikator, spesies kupu-kupu yang lama muncul kembali akibat naiknya suhu sedangkan spesies yang ada saat ini tidak beradaptasi dengan suhu akan  punah. Bisa dikatakan dunia ini sangat membingungkan.
Dalam bukunya, Butterflies, Kirkland mengingkatkan bahwa tiga ancaman utama bagi kehidupan kupu-kupu dunia adalah perubahan iklim,hilangnya habitat, dan terisolasinya habitat.
So kita di Papua juga harus memperhatikan hal diatas, jangan merusak hutan, stop tangkap kupu-kupu untuk jadi bahan koleksi. Lebih baik kupu-kupu terbang di alam bebas pasti sangat indah dibandingkan di awetkan untuk di buat dalam pigura lalu dipanjang di dinding, apanya yang indah coba ?
Jadi begitulah sebuah bahan bacaan yang tadi penulis baca dan akhirnya share kita sampai disini. Sampai jumpa pada topik lainnya.

(*dari berbagai sumber*)

Minggu, 05 Juni 2011

Pentingnya K3

Pembangunan di Kota Jayapura saat ini berjalan begitu pesat, kita bisa menjumpai maraknya proyek-proyek pembangunan gedung - gedung perkantoran, pusat bisnis, pusat-pusat perbelanjaan, dan sarana lainnya.
Namun dari sejumlah kegiatan proyek pembangunan gedung tersebut masih banyak yang kurang memperhatikan aspek kesehatan dan keselamatan kerja. salah satu alasan tidak diterapkannya program k3, selain memang kurang pengertian dan pemahaman, ada sebuah anggapan bahwa K3 adalah program yang hanya membutuhkan biaya (cost center). Pandangan ini tentunya sangat keliru karena justru K3 penting untuk meningkatkan produktivitas pekerja sehingga proyek pembangunan tersebut selesai tepat waktu sesuai dengan yang tertera dalam dokumen kontrak.
Hal ini tentunya sangat disayangkan, bukan hanya gaji pekerja (buruh bangunan) yang rendah namun aspek keselamatan kerja kadang tidak terjamin karena ada upaya menghemat cost demi meraup keuntungan.padahal dalam dokumen kontrak telah tertera bahwa kontraktor harus mengadakan usaha-usaha untuk menjamin keselamatan dan keamanan para pekerja sesuai ketentuan yang berlaku.
Pekerjaan konstruksi hanya sebuah contoh saja masih banyak lingkup pekerjaan lainnya yang kurang memperhatikan aspek K3.
Kesehatan dan keselamatan kerja menurut Ridley, Jhon(1983) adalah suatu kondisi dalam pekerjaan yang sehat dan aman baik itu bagi pekerjaannya, perusahaan maupun bagi masyarakat dan lingkungan sekitar pabrik atau tempat kerja tersebut.
Program K3 merupakan program utama pemerintah dan sudah selayaknya merupakan program utama dari berbagai lingkup pekerjaan yang memiliki potensi menimbulkan kecelakaan kerja.Upaya untuk menekan kecelakaan kerja adalah salah satu faktor penting untuk menjaga kesinambungan produksi.
Aspek K3 sering kali hanya dipatuhi perusahaan - perusahaan berskala besar saja seperti perusahaan pertambangan. Padahal masalah keselamatan kerja ini telah diatur dalam undang-undang Nomor I Tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, yang menyatakan bahwa setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional.
Peristiwa kecelakan tambang bawah tanah yang terjadi di Cile 5 agustus 2010 lalu bisa menjadi bahan referensi bagi kita bahwa aspek K3 sangatlah penting, Runtuhnya tambang di Cile mengakibatkan 33 penambang terperangkap di bawah tanah pada kedalaman 700 meter dimana mereka terperangkap selama 69 hari dibawah tanah, dan baru diselamatkan pada 12 Oktober 2010.
Upaya penyelamatan sendiri menelan biaya jutaan dolar, tentu jika aspek K3 dan penerapan konsep penambangan yang baik (Good Mining Practice) diterapkan tentu kecelakan tambang bisa diminimalisir dan penyakit jantung bernama silikosis yang umum dialami penambang batu bara di Cile bisa dihindari. upaya penyelamatan ini sendiri mengeluarkan cost cukup besar, apa yang telah dilakukan Presiden Cile Sebastian Pinera patut dipuji. Ia tidak melihat bencana kecil atau besar namun dari sisi kemanusiaan, walaupun harus mengeluarkan biaya untuk penyelamatan sangatlah besar.
Kecelakan tambang bawah tanah sering terjadi juga di China, tambang batu bara di bawah tanah (underground) sering kali meledak dan menelan sejumlah korban jiwa. Banyak pekerja di tambang ilegal dan tambang rakyat di Indonesia yang masih mengunakan peralatan manual kurang memahami dan mengabaikan aspek K3.
Kesadaran akan pentingnya K3 dalam upaya menjaga produktivitas yang telah ditetapkan perlu secara terus menerus dipromosikan. Kecelakaan kerja sedikit banyak akan menganggu proses produksi, yang berarti pula akan mengurangi produktivitas, K3 pula akan meningkatkan rasa aman bagi para pekerja sehingga produktivitas pekerja pun dapat optimal.
Kecelakaan kerja memang sesuatu yang tidak dapat diduga dan diramalkan karena itu merupakan rencana dan kehendak Tuhan. Namun penerapan K3 sangat penting untuk meminimalisir dan menghindari hal itu, ibarat sedia payung sebelum hujan.(*LRK*)